4 Aliran Pemikiran Utama Pembangunan Ekonomi

Empat Aliran Pemikiran Ekonomi

Setiap negara berupaya keras melaksanakan pembangunan. Pembangunan sebagai proses multidimensi yang mencakup reorganisasi dan reorientasi seluruh sistem ekonomidan sosial. Selain untuk meningkatkan pendapatan dan output, pembangunan juga mengharuskan adanya perubahan yang radikal dalam struktur lembaga, sosial dan administrasi serta mencakup sikap, kebiasaan dan kepercayaan. Literatur klasik pasca-Perang Dunia II dalam pembangunan ekonomi telah didominasi oleh empat aliran pemikiran yang saling bersaing:
  1. Model Tahapan Pertumbuhan Linear (Linear-Stages-Of-Growth Model) 
  2. Teori dan Pola Perubahan Struktural (Theories and Patterns of Structural Change) 
  3. Revolusi Ketergantungan-Internasional (International-Dependence Revolution)
  4. Kontrarevolusi Pasar Bebas Neoklasik (Neoclassical, Free-Market Counterrevolution). 

Para pemikir dasawarsa 1950-an dan 1960-an memandang proses pembangunan sebagai serangkaian tahap pertumbuhan ekonomi yang berurutan yang harus dilalui semua negara. Dalam artian teori ekonomi pembangunan ini mengharuskan adanya kuantitas serta kombinasi antara tabungan, investasi dan bantuan luar negeri yang tepat agar negara berkembang terus bergerak maju mengikuti jejak negara yang sudah maju terlebih dahulu.

Aliran Pemikiran Pembangunan Ekonomi
Sumber: Pixabay

1. Teori Tahapan Linear dan Pembangunan sebagai Pertumbuhan 

Setelah berakhirnya Perang Dunia II, barulah tampak perhatian terhadap negara miskin di dunia. Namun para ekonom negara maju tidak memiliki model konseptual yang bisa langsung menganalisis proses pertumbuhan ekonomi di negara yang kebanyakan masyarakat agraris yang tidak memiliki struktur ekonomi modern. 

Namun memiliki pengalaman dimana bantuan keuangan dan teknis dari Amerika Serikat dalam jumlah besar memungkinka negara eropa yang porak poranda karena perang kembali membangun dan memodernisasi perekonomian dalam hitungan tahun. 

Selain itu juga, pengalaman para ekonom negara maju bahwa sejarah mereka dalam mengubah perekonomian dari masyarakat subsisten pertanian yang miskin menjadi raksasa industri modern dapat menjadi pelajaran penting bagi negara terbelakang di Asia, Afrika dan Amerika Latin.

a. Model Pembangunan Tahapan Pertumbuhan Rostow 

Model Pembangunan Tahapan Pertumbuhan Rostow adalah sebuah teori pemabngunan ekonomi yang dcetuskan sejarawan ekonomi Amerika Walt.W. Rostow. Menurutnya sebuah negara bergerak melalui tahapan berurutan (masyarakat tradisional, prakondisi sebelum lepas landas untuk mencapi pertumbuhan yang berkelanjutan, lepas landas, tahapan menuju kematangan ekonomi, dan tahap konsumsi massal yang tinggi) dalam upaya mencapai kemajuan.

Dalam argumentasinya, negara maju dinyatakan telah melewati tahap “lepas landas ke pertumbuhan yang berkelanjutan dengan sendirinya”, sedangkan negara terbelakang masih berapa pada taha masyarakat tradisional atau tahap “prakondisi” tidak lama lagi, hanya perlu mengikuti seperangkat aturan pembangunan tertentu untuk lepas landas menuju masyarakat dengan pertumbuhan ekonomi berkelanjutan. 


Baca Juga :


Salah satu strategi utama pembangunan yang diperlukan untuk lepas landas adalah mobilisasi tabungan (mata uang domestik dan valuta asing) untuk menghasilkan investasi yang cukup guna mempercepat laju pertumbuhan ekonomi. Mekanisme perekonomian dimana peningkatan investasi akan mempercepat laju pertumbuhan ekonomi diuraikan dengan menggunakan model pertumbuhan Harrod-Domar (Harrod-Domar growth model).

b. Model pertumbuhan Harrod-Domar 

Model pertumbuhan Harrod-Domar adalah model hubungan ekonomi fungsional yang menyatakan bahwa tingkat pertumbuhan produk domestik bruto (g) bergantung langsung pada tingkat tabungan nasional netto (s) dan berbanding terbalik dengan rasio modal-output nasional (c).

Rasio tabungan neto adalah tabungan yang dinyatakan dalam bagian pendapatan yang disisihkan dalam periode waktu tertentu. Rasio modal-output adalah rasio yang menunjukkan jumlah modal yang diperlukan untuk menghasilkan jumlah produk dalam periode waktu tertentu. Versi sederhana dari persamaan yang terkenal dalam teori pertumbuhan ekonomi Harrod-Domar ∆Y/Y = S/C yang secara sederhana menyatakan bahwa tingkat pertumbuhan GDP ∆Y/Y ditentukan oleh rasio tabungannasional neto (s) dan rasio modal-output (c) secara bersamaan. 

Secara lebih spesifik persamaan ini menyatakan bahwa dengan tidak adanya campur tangan pemerintah maka tingkat pertumbuhan pendapatan nasional secara langsung atau positif berkaitan dengan rasio tabungan (semakin besar bagian GDP perekonomian yang dapat ditabung dan diinvestasikan maka semakin besar pula pertumbuhan GDP) dan berbanding terbalik atau negatif dengan rasio modal-output perekonomian (semakin tinggi c maka akan semakin rendah pula pertumbuhan GDP). 

Agar dapat tumbuh, setiap perekonomian harus menabung dan menginvestasikan bagian tertentu dari GDP, semakin banyak yang ditabung dan diinvestasikan maka laju pertumbuhan ekonomi juga semakin cepat. Selain invesatsi, dua komponen lain pertumbuhan ekonomi adalah tenaga kerja dan kemajuan teknologi. 

Secara keseluruhan dapat dikatakan bahwa investasi-investasi yang meningkatkan kualitas sumber daya fisik dan manusia yang ada, meningkatkan kuantitas sumber daya yang produktif, serta meningkatkan produktivitas semua sumber daya melalui hasil penemuan, inovasi dan kemajuan teknologi adalah faktor yang telah dan akan terus mendorong pertumbuhan ekonomi di masyarakat manapun.

2. Teori Perubahan-Struktural 

Teori Perubahan-Struktural (Structural-change theory) adalah hipotesis yang menyatakan bahwa keterbelaknagan terjadi karena kurang didayagunakannya sumber daya yang berasal dari faktor-faktor struktural dan lembaga yang timbul dari dualisme domestik dan internasional. 

Oleh sebab itu pembnagunan memerlukan lebih dari sekedar akselerasi pembentukan modal. Teori Perubahan-Struktural (Structural-change theory) berfokus pada mekanisme yang diterapkan negara-negara terbelakang untuk mengubah struktur perekonomian domestik, dari yang tadinya sangat menekankan pertanian subsisten tradisional menjadi perekonomian yang lebih modern, lebih berorientasi perkotaan serta industri manufaktur dan jasa yang lebih beragam.

a. Model Pembangunan Lewis 

Model dasar salah satu model teoritis awal tentang pembangunan yang sangat terkenal dan berfokus pada transformasi struktural perekonomian subsisten primer adalah model yang dirumuskan W.Arthur Lewis dipertengahan dasawarsa 1950-an yang kemudian di modifikasi, diformalkan dan diperluas oleh John Fei dan gustav Ranis. 

Model dua-sektor Lewis (Lewis two-sector model) adalah teori pembangunan yang mengemuakakan bahwa surplus tenaga kerja dari sektor pertanian tradisional ditransfer ke sektor industri modern yang pertumbuhannta menyerap kelebihan tenaga kerja, mendorong industrialisasi dan menggerakan pembangunan berkelanjutan. 

Fokus utama model ini terletak baik pada proses transfer tenaga kerja maupun pertumbuhan output dan lapangan kerja di sektor industri modern. Transfer tenaga kerja maupun pertumbuhan lapangan kerja timbul karena perluasan (ekspansi) output yang dihasilkan dari sektor modern. Laju perluasan yang terjadi akan ditentukan oleh tingkat investasi industri dan akumulasi modal di sektor modern.

b. Perubahan Struktural dan Pola Pembangunan 

Analisis pola pembangunan (patterns-of-development analysis) adalah upaya untuk mengidentifikasi karakteristik proses internal dari transformasi struktural yang dilalui oleh perekonomian berkembang pada umumnya pada saat menghasilkan serta melanjutkan pertumbuhan dan pembangunan ekonomi. 

Analisis pola pembangunan (patterns-of-development analysis) mengenai perubahan struktural berfokus pada proses yang berlangsung secara berurutan, yang harus dilalui suatu negara dimana ekonomi, industri dan struktur lembaga negara terbelakang ditransformasi sejalan dengan waktu agar industri baru daoat menggantikan pertanian tradisional sebagai mesin pertumbuhan ekonomi. 

Akan tetapi, berbeda dengan model Lewis dan teori awal tentang tahapan pembangunan, meningkatnya tabungan dan investasi dipandang para analis pola pembangunan sebagai syarat perlu tetapi tidak cukup bagi adanya pertumbuhan ekonomi. 

Selain akumulasi modal, baik fisik maupun manusia diperlukan beberapa perubahan yang saling berkaitan dalam struktur perekonomian suatu negara untuk melakukan transisi dari sistem perekonomian tradisional ke sistem perekonomian modern.

Perubahan struktural ini pada dasarnya mencakup hampir semua fungsi perekonomian, mencakup transformasi produksi dan perubahan komposisi permintaan konsumen, perdagangan internasional, serta sumberdaya dan perubahan berbagai faktor sosio-ekonomi seperti urbanisasi, serta pertumbuhan dan distribusi penduduk di suatu negara. 

Model perubahan struktural menyadari adanya fakta bahwa negara-negara berkembang adalah bagian dari sistem internasional terintegrasi yang dapat meningkatkan (dan juga menghambat) pembangunan. 

Perubahan struktural adalah pola rata-rata pembangunan yang diamati Chenery bersama dengan koleganya disejumlah negara dalam analisis rangkaian-waktu dan lintas-bagian terhadap negara-negara yang berada pada tingkat pendapatan yang berbeda menghasilkan beberapa karakteristik proses pembangunan.

Karakteristik ini mencakup pergeseran dari produksi pertanian ke produksi industri, berlanjutnya akumulasi modal fisik dan manusia, perubahan permintaan konsumen dari berfokus pada makanan dan keperluan dasar ke permintaan barang manufaktur dan jasa yang beragam, pertumbuhan kota dan industri perkotaan ketika orang-orang berpindah dari daerah pertanian dan kota-kota kecil, serta menurunya ukuran keluarga dan pertumbuhan penduduk karena anak-anak tidak lagi dilihat dari sisi nilai ekonomi dan para orangtua lebih menekankan kualitas (pendidikan) ketimbang kuantitas anak. 

Model perubahan struktural memiliki hipotesis utama bahwa pembangunan merupakan suatu proses pertumbuhan dan perubahan yang dapat diidentifikasi, yang ciri-ciri utamanya serupa di semua negara. Sekalipun demikian, model ini juga menyadari adanya perbedaan di kalangan negara-negara dalam kaitannya dengan kecepatan dan pola pembangunan yang bergantung pada lingkungan setiap negara.

3. Revolusi Ketergantungan Internasional 

Pada tahun 1970-an, model ketergantungan internasional mendapatkan banyak dukungan dari negara-negara berkembang. Namun pada tahun 1980-1990-an teori ini mulai hilang. Di abad ke dua puluh satu muncul beberapa versi hasil dari adopsi pendekatan ketergantungan internasional ini yang dilakukan oleh sejumlah pemikir dan pemimpin gerakan antiglobalisasi. 

Pada dasarnya model ketergantungan internasional ini memandang negara-negara berkembang sebagai korban kekakuan lembaga, politik, dan ekonomi serta terjebak dalam ketergantungan (dependence) dan dominasi (dominance) negara maju/kaya. 

Dalam pendekatan ini terdapat tiga aliran utama, yaitu model ketergantungan neokolonial (neocolonial dependence model), model paradigma palsu (false paradigm model), dan tesis pembangunan dualistik (dualistic development thesis).

a. Model Ketergantungan Neokolonial 

Model Ketergantungan Neokolonial adalah model pendekatan yang muncul dari pemikiran Marxis. Dalam aliran ini digambarkan bahwa ada hubungan kekuasaan yang sangat tidak berimbang antara pusat (core, center) yang terdiri dari negara-negara maju, serta pinggiran (periphery), yakni kelompok negara yang sedang berkembang. 

Kegiatan-kegiatan dan pandangan kelompok elit itu bahkan sering ditunjukan pada usaha untuk menghambat setiap usaha perubahan yang bertujuan untuk menguntungkan masyarakat luas. Dalam beberapa kasus, tindakan kelompok elit atau negara maju itu telah mengarah kepada penurunan taraf hidup dan pelestarian keterbelakangan. 

Pandangan keterbelakangan neokolonial, mencoba menghubungkan kemiskinan di negara-negara terbelakang dengan keberadaan dan kebijakan kelompok negara-negara industri kapitalis yang dapat menyebar luas melalui kelompok-kelompok komprador (comprador group) yang berada di semua negara-negara berkembang.

Dengan demikian, keterbelakangan, oleh penganut aliran ketergantungan dipandang sebagai suatu fenomena yang diakibatkan atau diciptakan secara sengaja oleh kondisi-kondisi eksternal. Anggapan ini sangat bertentangan dengan teori pertumbuhan tahap linear maupun model pertumbuhan structural yang menekankan bahwa keterbelakangan itu diakibatkan juga oleh berbagai keterbatasan internal.

Oleh karena itu, menurut para ahli pendekatan ketergantungan, perjuangan revolusioner, paling tidak berupa serangkaian restrukturisasi mendasar atas sistem kapitalis dunia, maka perlu dilakukannya pembebasan ketergantungan negara dunia ketiga dari pengendalian ekonomi, baik secara langsung maupun tidak langsung yang dilakukan oleh negara dunia pertama dan para penindas domestik (komprador). 

Salah satu tokoh teori ketergantungan neokolonial Theotonio Dos Santos sendiri mendefinisikan bahwa ketergantungan adalah hubungan relasional yang tidak imbang antara negara maju dan negara miskin dalam pembangunan di kedua kelompok negara tersebut. 

Dia menjelaskan bahwa kemajuan negara Dunia Ketiga hanyalah akibat dari ekspansi ekonomi negara maju dengan kapitalismenya. Jika terjadi sesuatu negatif di negara maju, maka negara berkembang akan mendapat dampak negatifnya pula. 

Sedangkan jika hal negatif terjadi di negara berkembang, maka belum tentu negara maju akan menerima dampak tersebut. Sebuah hubungan yang tidak imbang. Artinya, positif-negatif dampak berkembang pembangunan di negara maju akan dapat membawa dampak pada negara. (theotonio dos santos, review, vol. 60, 231).

b. Model Paradigma Palsu 

Model Paradigma Palsu Aliran ini mencoba menghubungkan keterbelakangan negara-negara dunia ketiga dengan kesalahan dan juga tidak tepatnya saran yang diberikan oleh pengamat atau pakar internasional, walaupun saran yang diberikan baik namun sering tidak diinformasikan secara tepat, dan hanya didasarkan pada suatu kebudayaan tertentu saja yang bernaung di bawah lembaga-lembaga bantuan negara-negara maju dan organisasi-organisasi penyedia bantuan multinasional. 

Faktor-faktor kelembagaan di negara dunia ketiga yang masih mementingkan struktur sosial tradisional seperti kesukuan, kasta, kelas, dan sebagainya.

Lalu seperti tidak meratanya hak kepemilikan tanah dan kekayaan lainnya, tidak memadainya kontrol kalangan elit terhadap aset-aset keuangan domesti, serta timpangnya kesempatan dan kemudahan mendapatkan kredit usaha. 

Sehingga kebijakan-kebijakan yang ditawarkan para ahli atau pakar internasional itu hanya melayani kepentingan sepihak kelompok-kelompok domestik maupun internasional yang sedang berkuasa. 

Selain itu menurut aliran ini, para pembuat kebijakan dan cendekiawan yang pada umumnya mendapat didikan dan latihan dari negara-negara maju, maka mereka akan menerapkan konsep-konsep asing dan model-model teoritis yang sebenarnya tidak cocok dan tidak relevan untuk diterapkan di daerah sendiri.

c. Tesis Pembangunan Dualistik 

Tesis Pembangunan-Dualistik Secara garis besar, pandangan ini melihat dunia terbagi ke dalam dua kelompok besar yaitu negara-negara kaya dan miskin, dan di negara-negara berkembang terjadi ketimpangan ekonomi dimana hanya terdapat sedikit jumlah penduduk yang kaya diantara banyaknya penduduk msikin. 

Dualisme adalah sebuah konsep yang dibahas secara luas dalam ilmu ekonomi pembangunan. Konsep ini menunjukkan adanya jurang pemisah yang semakin lama terus melebar antara negaranegara kaya dan miskin, serta di antara orang-orang kaya dan miskin pada berbagai tingkatan di setiap negara. Konsep dualisme ini terdiri dari empat elemen kunci sebagai berikut :
  1. Di setiap tempat dan konteks selalu terdiri dari elemen “superior” dan “inferior” 
  2. Koeksistensi bukanlah suatu hal yang bersifat sementara atau transisional, melainkan sesuatu yang bersifat baku, permanen, dan kronis 
  3. Kadar superioritas dan inferioritas dari masing-masing elemen tersebut bukan hanya tidak menunjukan tanda-tanda akan berkurang, bahkan cenderung meningkat 
  4. Hubungan saling keterkaitan antara elemen superior dan elemen inferior itu terbentuk dan berlangsung sedemikian rupa hingga keberadaan elemen superior itu sangat sedikit hingga tidak membawa manfaat untuk meningkatkan kedudukan dari elemen yang inferior

4. Kontrarevolusi Pasar Bebas Neoklasik 

Memasuki dekade 1980-an, pengaruh politik dari pemerintah konservatif di Amerika Serikat, Kanada, Inggris, dan Jerman Barat menghadirkan kembali apa yang disebut sebagai Kontrarevolusi Neoklasik dalam teori kebijakan ekonomi. 

Bagi negara-negara maju kontrarevolusi merupakan aliran kebijakan makroekonomi yang lebih mementingkan sisi penawaran, teori ekspektasi rasional, dan gelombang swastanisasi perusahaan-perusahaan milik negara.

Sedangkan bagi negara berkembang kontrarevolusi berarti pasar yang lebih bebas dan ditinggalkannya berbagai bentuk campur tangan pemerintah dalm perekonomian nasional, yang berupa kepemilikan perusahaan-perusahaan oleh pihak peemrintah terhadap aneka kegiatan ekonomi.

Kemunculan dan perkembangan aliran pasar bebas neklasik ini sulit dibendung sehingga dengan cepat mampu menandingi argumen yang menonjolkan manfaat dan pentingnya intervensi pemerintah yang sebelumnya telah diajukan oleh para teoritisi ketergantungan.

Argumen inti kontrarevolusi neoklasik menegaskan bahwa kondisi keterbelakangan negara-negara berkembang bersumber dari buruknya keseluruhan alokasi sumber daya yang selama ini bertumbu pada kebijakan-kebijakan pengaturan harga yang tidak tepat dan adanya campur tangan pemerintah yang berlebihan. 

Para kontrarevolusi neoklasik, seperti Lord Peter Bauer, Deepak Lal, Ian Little, Harry Johnson, Bela Balassa, Jagdish Bhagwati, dan Anne Krueger, menyatakan bahwa campur tangan pemerintah yang berlebihan dalam kegiatan ekonomi tidak diragukan lagi merupakan sumber utama terjadinya penurunan laju pertumbuhan di banyak negara berkembang menurut tokoh-tokoh neoliberal tersebut dengan membiarkan pasar bebas hadir dan beroperasi secara penuh. 

Melaksanakan swastanisasi perusahaan milih pemerintah, mempromosikan perdagangan bebas dan pengemabngkan ekspor, menarik investasi asing, serta menghapuskan regulasi pemerintah yang berlebihan dan distorsi harga pada pasar input, pasar output maupun pasar keuangan.

Tantangan neoklasik terhadap pembangunan yang ortodoks dapat dipilih menjadi tiga komponen, yakni : pendekatan pasar bebas, pendekatan pilihan publik, dan pendekatan ramah terhadap pasar. Analisis pendekatan pasar bebas menyatakan bahwa pasar-pasar itu sendiri sudah dan selalu efisien pada pasar produk agar dapat memberika sinyal terbaik tentang onvestasi apa yang digarap dan kegiatan-kegiatan apa yang layak dikerjakan, pasar tenaga kerja uga mampu memberikan respons yang tepat terhadap berbagai perkembangan di sektor- sektor industri penyerap tenaga kerja dan produsen. 

Sementara itu, teori pilihan publik atau dapat dikenal sebagai pendekatan ekonomi politik baru beranjak lebih jauh menyatakan bahwa apa yang dilakukan pemerintah dalam urusan-urusan ekoomi selalu salah, pandangan ini bertolak dari asumsi dasar yang menyakini bahwa sikap, tindakan dan keputusan para politisi yang tidak peduli pada konsuekuensi terhadap pihak lain.

Pendekatan ramah terhadap pasar merupakan pendekatan terbaru dari kontrarevolusi nekolasik. Pendekatan ini terutama sekali berhubungan dengan tulisan-tulisan yang diterbitkan oleh Bank Dunia dan para ekonomnya, di mana banyak dari mereka menganut pendekatan pasar bebas dan pendekatan pilihan publik selama dekade 1980-an. 

Pendekatan ini mengakui adanya berbagai kelemahan atau ketidaksempurnaan pasr, baik itu pasar produk maupun pasar faktor, dinegara-negara dan bahwa pemerintah memang perlu menjalankan peran aktif dalam memfasilitasi operasi pasar melalui intervensi “nonselektif” misalnya, denga melakukan investasi oada infrastruktur fisik dan sosial, membangun fasilitas pelayanan kesehatan, dan mengembangkan lembaga-lembaga pendidikan. 

Berbagai bentuk kegagalan pasar di negara-negara berkembang maupun maju dicatat, misalnya keterbatasan dan ketidaksempurnaan informasi, eksternalitas dalam pembinaan dan pnciptaan keterampilan kerja, serta urangnya skala ekonomis produksi.

a. Teori Pertumbuhan Neoklasik Tradisional 

Pijakan berikutnya bagi argumen pasar bebas neoklasik adalah keyakinan bahwasannya liberalisasi pasar-pasar nasional akan merangsang investasi, baik itu investasi domestik maupun luar negri sehingga dengan sendirinya akan mamcu tingkat akumulasi modal. 

Bila diukur berdasarkan pertumbuhan GDP, hal tersebut sama dengan pernambahan tingkat tabungan domestik yang pada gilirannya akan meningatkan rasio modal-tenaga kerja dan oendapatan perkapita negara-negara berkembang yang pada umumnya kekurangan modal. 

Model-model pertumbuhan neoklasik tradisional sesunggauhnya bertola secara langsung dari model-model Harrod-Domar dan Solow yang sama-sama sangat mementingkan tabungan.

Model pertumbuhan neoklasik Solow merupakan pilar yang sangat memberi kontribusi terhadap teori oertumbuhan neoklasik sehingga penggagasnya dianugrahi Hadiah Nobel bidang ekonomi. Pada ininya, model ini merupakan pengembangan daru formukasi Harrod-Domar dengan menambahkan faktor kedua, yakni tenaga kerja serta memperkenakan variabel independen ketika yakni teknoligi kedalam persamaan pertumbuhan. 

Kemajuan teknologi ditetapkan sebagai faktor residu untuk menjelaskan pertumbuhan ekonomi jangka panjang, dan tinggi-rendahnya pertumbuhan itu sendiri oleh Solow maupun para teoritis lainnya diasumsikan bersifat esogen atau tidak dpengaruhi faktor-faktor lain.

Dalam bentuknya yang lebih formal, model pertumbuhan neoklasik solow memakai fungsi produksi agregat standar, yakni : Y=Ku (AL)1-x . Dimana Y adalah PDB, K adalah stok modal fisik dan modal manusia, L adalah tenaga kerja , dan A adalah prduktivitas tenaga kerja yang pertumbuhannya ditentukan secar aeksogen. 

Menurut teori pertumbuhan neoklasik tradisional, pertumbuhan output selalu bersumber dari satu atau lebih dari tiga faktor: kenaikan kuantitas dan kualitas tenaga kerja, penambahan modal,dan penyempurnaan teknologi. 

Lebih lanjut dikemukakan perekonomian tertutup, yakni tidak menjalin dengan pihak luar yang tingkat tabungannya rendah dimana dalam jangka pendek pasti akan mengalami laju pertumbuhan yang lebih lambat apabila dibandingkan dengan oerekonomian lainnya yang memiliki tingkat tabungan lebih tinggi. 

Pada akhirnya hal ini akan mengakibatkan konvergensi penurunan pendapatan perkapita, di lain pihak ada perekonomian terbuka yakni yang mengadakan hubungan perdagangan, investasi, dan sebagainya dengan negara atau piahk-pihak luar. 

Dengan begitu pasti akan mengalai konvergensi peningkatan pendapaatan perkapita, karna arus permodalan akan mengalir deras dari negara-negara kaya kenegara miskin dimana rasio modal-tenaga kerjanya rendah sehingga pengembalian atas investasi lebih tinggi.

b. Teori-Teori Pembangunan Klasik: Usaha mempertemukan Berbagai Perbedaan 

Masing-masing pendekatan tersebut memiliki keunggulan dan kelemahannya sendiri. Namun, kenyataan akan masih adanya kontroversi baik secara ideologis, teoritis, maupun empiris justru menjadikan bidang studi tersebut semakin menantang dan memikat. 


Baca Juga :

Berbeda dari cabang-cabang ilmu ekonomi lainnya, ilmu ekonomi pembangunan tidak memiliki doktrin-doktrin atau paradigma baku yang telah diterima secara universal. Apa yang ada adalah pola –pola pemikiran dan pemahaman yang berkembang beurbah terus menerus.

Meskipun masih banyak aspek dari teori ekonomi neoklasik konvensional yang harus dibenahi dan diperbaiki agar lebih sesuai dengan fakta-fakta sosial, kelembagaan, dan struktur negara – negara berkembang yang serba unik. 

Cukup banyak argumen dari kontrarevolusi neoklasik yang harus disimak, terutama sekali adalah uraian berkaitan dengan inefisiensi perusahaan-perusahaan milik pemerintah dampak kegagalan perencanaan pembangunan , serta buruknya dampak-dampak yang ditimbulkan oleh distorsi harga domestik dan internasional akibat campur tangan pemerintah yang berkebihan.

Sebagai rangkman, perlu dkeumkakan bahwa masing-masing endekatan yang mencoba untuk memahami hakikat pembangunan itu memang telah menawarkan penetahuan yang bermanfaat. 

Sumbangan pendekatan itu akan nampak semakin jelas setelah kita mempelajari secara lebih rinic dan mendalam tentang asal muasal munculnya berbagai masalh pembangunan mulai dari masalah kemiskinan, pertumbuhan penduduk, pengangguran, pembangunan daerah-daerah pedesaan, perdagangan internasional, dan lingkungan hiduo serta segenap kemungkinan solusinya.

Pendekatan- pendekatan tersebut juga memberikan masukan kepada model-model terbaru dari pembangunan dan keterbelakangan.

Advertisement

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "4 Aliran Pemikiran Utama Pembangunan Ekonomi"

Post a Comment