Perbandingan Korea Selatan dan Argentina Terhadap Pemikiran dan Penerapan Pembangunan Ekonomi

Pemilihan Korea Selatan dan Argentina sebagai contoh studi kasus karena kedua negara ini cocok untuk dibandingkan sebagai contoh, 2 negara itu termasuk negara berpenduduk sedang Korea Selatan berpenduduk 48 juta dan Argentina 38 juta pada tahun 2002, dan pada tahun 1997, kedua negara ini digolongkan sebagai negara berpendapatan menengah. namun Korea Selatan saat ini digolongkan oleh Bank Dunia sebagai negara berpendapatan tinggi di mana pendapatannya hampir dua kali lipat dari Argentina, yang pada 30 tahun sebelumnya pendapatan Argentina berada di atas Korea Selatan.

Pembangunan Ekonomi Korea Selatan
Sumber: Pixabay

a. Korea Selatan 

Tahapan pertumbuhan ekonomi Korea Selatan menunjukkan beberapa pandangan tentang tahapan linear, walaupun dengan cara yang terbatas. Pada akhir-akhir ini, investasi menjadi di bagian tertinggi dalam pendapatan nasional Korea Selatan dan menjadikan yang tertinggi di dunia, hal ini menjadi bagian penting dari penjelasan tentang cepatnya pertumbuhan ekonomi negara ini. 

Sebelumnya Korea Selatan belum diperhitungkan dalam buku tahapan pertumbuhan ekonomi Rostow, dan pada tahun 1960 saat buku itu diterbitkan prasyarat untuk tinggal landas telah dipenuhi oleh Korea Selatan. Bahkan nilai investasi setelah tinggi dalam tiga dekade terakhir di tahun 1980-2000an.


Baca Juga :

Meskipun begitu Korea Selatan masih dipandang sebagai negara yang ekonominya Tengah menuju kematangan menurut teori Rostow. Tetapi dengan tingkat penguasaan teknologi seperti sekarang Korea Selatan akan memasuki tahap age of mass consumption atau era konsumsi masal.

1. Pola Struktural 

Dari kasus Korea Selatan menunjukkan beberapa pola dari model perubahan struktural pembangunan. Seperti pergeseran tenaga kerja dari sektor pertanian ke sektor industri, pertumbuhan stok modal dan pendidikan serta keterampilan yang stabil, dan transisi demografi dari tingkat fertilitas yang tinggi menjadi rendah.

2. Revolusi Ketergantungan 

Korea Selatan bagi model ketergantungan Adalah sebuah tantangan. Sebelumnya Korea Selatan itu adalah sebuah negara miskin yang sangat bergantung kepada perekonomian internasional. Namun Korea Selatan saat ini telah dipandang sebagai salah satu kandidat untuk memperoleh status negara maju tentu saja, para ahli dari revolusi ketergantungan akan mengklaim bahwa.

Korea Selatan adalah suatu pengecualian karena besarnya bantuan yang diterima dan didukung oleh kepentingan negara-negara maju yang yang ingin menunjukkan bahwa Korea Selatan sukses menjadi negara maju karena strateginya yang menolak komunisme. 

Korea Selatan juga menjadi salah satu negara yang menerapkan program land reform yang paling ambisius di antara negara berkembang, dan sangat menekankan terhadap pendidikan dasar daripada universitas, kedua hal itu menjadi kebijakan yang penting bagi Korea Selatan. 

Namun ini tidak menjelaskan Bagaimana Korea Selatan dapat mengadopsi kebijakan itu untuk melepaskan diri dari ketergantungan negara maju. dan bila terdapat banyak pengecualian dalam satu teori, maka hal itu menunjukkan bahwa teori tersebut tidak dapat mencerminkan kebenaran secara keseluruhan.

3. Kontrarevolusi Neoklasik 

Bagi model kontrarevolusi neoklasik Korea Selatan juga menjadi suatu tantangan. meskipun para penganut dari aliran model ini mengklaim bahwa Korea Selatan sesuai dengan teori kontrarevolusi neoklasik. 

Saat ini sudah banyak penelitian yang menunjukkan bahwa Korea Selatan sangat mendukung intervensi baik di dalam pasar negeri maupun dalam perdagangan internasional, dimana pemerintah bergerak aktif dalam pembuatan perencanaan pembangunan yang ekstensif, menggunakan instrumen seperti pengurangan pajak dan pemberian insentif untuk mendorong perusahaan-perusahaan menerima intervensi dan arahan dari pemerintah, menetapkan target ekspor perusahaan individu, usaha dari berbagai industri untuk menaikkan tingkat rata-rata penguasaan teknologinya, mengkoordinasikan perjanjian mengenai lisensi teknologi dari pihak asing, menggunakan kekuatan monopoli untuk mencapai kesepakatan terbaik dengan perusahaan multinasional pesaing, dan secara umum mendorong perusahaan untuk bergerak cepat meraih keunggulan komparatif. 

kebijakan-kebijakan tersebut ditunjukkan untuk mengatasi masalah teknologi real dan kegagalan pasar meningkatkan keterampilan dalam pembangunan, dan setidaknya dengan mengacu pada krisis keuangan yang melanda Asia di tahun 1997. Pengalaman Korea Selatan ini dapat menjadi objek pembelajaran mengenai peran pemerintah dalam mengatasi kegagalan koordinasi.

b. Argentina 

Sebaliknya dengan Korea Selatan, teori tahapan dan pola pembangunan di Argentina relatif sedikit menjelaskan sejarah perekonomian, sedangkan teori Revolusi ketergantungan dan teori kontrarevolusi neoklasik sama-sama memberikan penjelasan yang cukup penting.

1. Tahap Pertumbuhan 

Pada tahun 1870, pendapatan perkapita Argentina berada pada peringkat ke-11 di dunia melampaui Jerman, namun saat ini Argentina bahkan tidak berada di kelompok 50 teratas. meskipun menurut Rostow bahwa faktor penting untuk menentukan tahap dimana suatu negara berada adalah tingkat penyerapan teknologi dan bukan pendapatan perkapita penduduk, menetapkan saat prakondisi Argentina untuk Lepas Landas adalah pada periode sebelum 1914. 

Proses lepas landas terus berlangsung secara menyeluruh dan pada tahun 1960 dapat dikatakan telah berhasil dilalui. Rostow menunjukkan fakta bahwa telah ada prakondisi selama beberapa waktu, sebelum lepas landas pada impor modal asing yang berlebihan selama periode yang terlalu lama dan tanpa upaya meningkatkan tabungan domestik. tetapi pada saat itu Korea Selatan juga merupakan peminjam modal asing yang cukup besar, Hal ini dapat menunjukkan kan bahwa Argentina memenuhi kriteria Rostow dalam hal pengembangan sektor manufaktur yang sangat cepat.

Akan tetapi setelah Rostow menggunakan Argentina sebagai contoh teori tahapan pertumbuhan menurut Bank Dunia tingkat pertumbuhan negatif selama periode 1965 - 1990 dan investasi dalam negeri dalam tahun 1980 an menyusut sebesar -8,3%, yang menunjukkan bahwa nilai itu berada jauh di bawah ambang batas tingkat investasi yang ditetapkan dalam teori Rostow. 

Pada tahun 1990 hingga 2001 tingkat pertumbuhan ekonomi Argentina tumbuh sebesar 3,6% namun angka pertumbuhan itu tidak berarti banyak karena kegagalan negara ini membayar utang pada tahun 2002 sehingga perekonomian merosot hingga 11%. Pada tahun 2000 sampai 2007 angka investasi dalam GDP Argentina kurang dari Separuh pencapaian Korea Selatan yakni hanya 17%. Dapat kita simpulkan bahwa Kemajuan pembangunan bukan hal yang tidak dapat berubah dan pertumbuhan berkelanjutan dapat saja berakhir.

2. Pola Struktural 

Menunjukkan bahwa struktural pembangunan yang sama seperti produktivitas pertanian yang meningkat, tumbuhnya lapangan kerja dalam industri meskipun lambat, terjadinya urbanisasi, fertilitas yang menurun, dan sebagainya. akan tetapi, fakta yang menunjukkan banyaknya keteraturan struktural pembangunan yang dapat dilihat meskipun standar hidup di negara ini tertahan ternyata menunjukkan beberapa kelemahan akibat terlalu mengandalkan pada data tertentu yang terpilih, tanpa bantuan teori yang dapat dijadikan pedoman guna menghubungkan bagian-bagian itu menopang satu sama lain. 

3. Revolusi Ketergantungan 

Dalam hal ini ini Argentina menunjukkan beberapa dukungan bagi teori ketergantungan, dalam arti bahwa negara Argentina terlalu mengandalkan ekspor barang primer dan harga rill barang-barang ini lebih rendah dibandingkan dengan barang-barang yang diimpor.

Perusahaan-perusahaan multinasional berperan penting sementara Argentina tidak mampu menciptakan industri manufaktur ekspor sendiri yang bersaing sehingga akhirnya harus mengikuti program penyesuaian struktural yang sangat ketat, memprivatisasi industri yang dikelola negara kepada perusahaan asing, dan menghadapi berbagai kendala lainnya. Para penganut teori ketergantungan dapat mengklaim dengan beberapa pembenaran bahwa pembangunan Argentina yang terkondisikan merupakan korban kepentingan ekonomi negara maju khususnya Inggris dan Amerika Serikat. 

4. Kontrarevolusi Neoklasik 

Dari kasus Argentina ini juga menawarkan kecocokan tertentu dengan teori kontrarevolusi neoklasik dalam kaitannya dengan kekeliruan campur tangan pemerintah, ketidakefisienan badan usaha milik negara, berpihak terhadap produksi ekspor, serta prosedur birokrasi yang berbelit sehingga merugikan industri dan kewirausahaan. kebijakan pemerintah secara konsisten tampaknya berpihak pada kepentingan kelompok kelompok tertentu dari pada kepentingan untuk mencapai tujuan pembangunan secara luas, dan kegagalan pemerintah biasanya lebih buruk ketimbang kegagalan pasar di negara ini. Pada pertengahan tahun 1990 an program liberalisasi dan privatisasi besar-besaran tampaknya mulai menggerakkan kembali pertumbuhan perekonomian di Argentina.

Namun Resesi ekonomi pada tahun 2002 yang berlangsung selama 4 tahun berujung pada keruntuhan perekonomian karena beban fiskal internal dan defisit perdagangan luar negeri yang sebagian disebabkan oleh menguatnya dolar Amerika Serikat terhadap peso. Para penganut teori ketergantungan mendapat pembenaran atas klaim mereka. Pemulihan dan pertumbuhan yang relatif cepat pada tahun 2004-2008 sebelum resesi melanda Argentina setelah krisis global, terlepas dari ketidakmampuan Argentina mengembalikan utang, telah menunjukkan bahwa penjelasan tunggal mengenai keberhasilan atau kegagalan pembangunan jarang sekali memadai.


Kesimpulan Hasil Perbandingan Pembanguan Ekonomi Korea Selatan dan Argentina

Pengalaman Korea Selatan menentang teori ketergantungan dan teori neoklasik yang dapat dikatakan sangat bertentangan dalam banyak hal sementara pengalaman Argentina dapat dipandang lebih mendukung kedua teori itu. Apabila pengalaman Korea Selatan lebih menegaskan pentahapan linear pertumbuhan dan kesimpulan tentang pola struktural pembangunan, pengalaman Argentina menantang kadar penting dari penerapan universal. 

Akan tetapi, masing-masing teori itu telah menambahkan elemen penting dalam pemahaman kita mengenai pengalaman dan prospek pembangunan, dengan sekedar membandingkan kedua negara ini. Pengalaman Korea Selatan juga menggambarkan peran pemerintah dalam mengatasi kegagalan koordinasi sedangkan pengalaman Argentina menggambarkan bagaimana pemerintah dapat menjadi bagian dari ekuilibrium yang buruk.

Advertisement

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Perbandingan Korea Selatan dan Argentina Terhadap Pemikiran dan Penerapan Pembangunan Ekonomi"

Post a Comment