Teori Umum dan Model-Model Pembangunan Ekonomi Neo-Klasik

Munculnya Pemikiran Aliran Neo-Klasik 

Pada abad ke-19, Amerika Serikat menjadi negara terkaya di muka bumi. Amerika mengalami pertumbuhan ekonomi yang sangat pesat, dimana rata- rata pendapatan per kapita mengalami peningkatan 2 kali lipat meskipun jumlah populasi penduduknya naik hampir sepuluh kali lipat. 

Dalam kondisi tersebut, di tahun 1883 saat Karl Marx meninggal, banyak bukti menunjukkan bahwa “upah subsisten” dari Malthus dan Ricardo dari kelompok klasik yang juga disepakati oleh Karl Marx dari sosialis ilmiah ternyata keliru total. Sistem kemakmuran universal ala Adam Smith mulai memenangkan pertarungan kembali.

Meskipun ekonomi industrial mengalami kemajuan, namun teori ekonomi menemui jalan buntu. Ekonomi aliran klasik tidak mendapatkan dukungan di Prancis, hingga profesi ekonomi dianggap begitu rendah, sampai-sampai para profesor Jerman menolak ide adanya teori ekonomi. Menurut Friederich Hayek bahwa “doktrin ekonomi klasik bukan hanya ditinggalkan, tetapi juga setiap upaya analisis teoritis tidak dipercayai”. 

Model Pembangunan Ekonomi Neo-Klasik

Jika kapitalisme hendak bertahan dan berkembang, maka memerlukan epistemologi baru, sebuah terobosan dalam teori ekonomi. Ilmu ekonomi memerlukan suntikan baru, sebuah teori umum yang bisa menjelaskan bagaimana semua kelas akan memperoleh keuntungan, baik pemilik tanah kapitalis maupun buruh, dan semua konsumen mendapat manfaat. 

Mari kita sedikit mundur ke belakang, bahwa pada tahun 1776 merupakan tahun yang begitu penting bagi perkembangan ekonomi dunia dimana tahun tersebut terjadi Deklarasi Kemerdekaan Amerika Serikat, terbitnya buku fenomenal Adam Smith The Wealth of Nation, dan pada tahun 1870-an adalah tahun revolusi eropa dengan terbitnya The Communist Manifesto karya Marx dan Engel.

Teori-teori yang dikembangkan oleh Marx dan Engels mendapat banyak tanggapan dari para ekonom pada waktu itu, baik dari kaum sosialis sendiri maupun dari kaum liberal-kapitalis. Pemikir-pemikir ekonomi dari kaum liberal ini kemudian dimasukkan ke dalam suatu kelompok pemikir ekonomi tersendiri yang disebut Mazhab Neo-Klasik pada tahun 1871.

Karena analisis yang dibuat Marx untuk meramal keruntuhan kaum kapitalis bertitik tolak dari nilai kerja dan tingkat upah, maka para pakar neo-klasik mempelajari kembali secara mendalam. William Stanley Jevons, Leon Walras, Carl Menger dan Alfred Marshall teori tersebut kembali dikaji. 

Kemudian mereka mendapat kesimpulan yang sama, bahwa teori surplus value (nilai surplus) Marx tidak mampu menjelaskan secara tepat tentang nilai komoditas (modal). Dari kesimpulan ini mereka telah menghancurkan seluruh bangunan teori sosialis yang dikembangkan oleh Marx dan Engels, dan menyelamatkan sistem kapitalis dari kemungkinan krisis.

Para pakar tersebut dalam membahas ramalan Marx menggunakan konsep analisis marginal (Marginal Analysis) atau Marginal Revolution. Pada intinya, konsep ini merupakan pengaplikasian kalkulus diferensial terhadap tingkah laku konsumen dan produsen, serta penentuan harga-harga di pasar. 

Teori tersebut menghidupkan kembali ilmu ekonomi terutama klasik yang hampir mati saat itu, oleh sebab itu para pakar-pakar tersebut dinamakan Aliran Neo-Klasik, atau dapat juga disebut Aliran Marginalis karena mengembangkan konsep ekonomi menggunakan analisis marginal.

Mazhab neo-klasik telah mengubah pandangan tentang ekonomi baik dalam teori maupun dalam metodologinya. Teori nilai tidak lagi didasarkan pada nilai tenaga kerja atau biaya produksi tetapi telah beralih pada kepuasan marjinal (marginal utility). Pendekatan ini merupakan pendekatan yang baru dalam teori ekonomi. 

Teori ini sebenarnya telah lama digunakan dan dikembangkan Hermann Heindrich Gossen (1810-1858) dalam menjelaskan kepuasaan (utility) dari konsumsi seseorang terhadap sejenis barang. Gossen adalah seorang ahli ekonomi berkebangsaan Jerman yang menjadi pelopor aliran "Batas Kepuasan" atau "Kepuasan Marginal" (Marginal Utility). Karya satu-satunya Gossen berjudul “Entwicklung Der Geseize des Menschlichen Verkehrs Und der Daraus Flieszenden Regeln Fur Menschiliches Handeln” yang diterbitkan pada tahun 1854. 

Buku karya Gossen ini berisikan tentang apa yang disebut hukum Gosssen, Ia menjelaskan konsep marjinal dalam penjelasannya tentang kepuasan konsumen dalam mengonsumsi suatu barang. Hukum Gossen I mengungkapkan bahwa “tambahan kepuasan (marginal utility) dalam mengonsumsi suatu barang akan makin menurun jika barang tersebut dikonsumsi dalam jumlah yang makin banyak” atau biasa disebut dengan “Law of Diminishing Marginal Utility”. 

Sedangkan dalam Hukum Gossen II mengungkapkan bahwa “ketersediaan sumber daya dan sumber dana selalu terbatas secara relatif untuk memenuhi kebutuhan manusia yang relatif tidak terbatas” (Djojohadikusoemo, 1991)187. Terbitnya buku Gossen ini tidak membawa hasil seperti yang diharapkan, karena pada masanya teori ini tidak mendapat perhatian lebih dari para ekonomnya. Buku itu kemudian ditemukan oleh R. Adamson.

Pada tahun 1871 Hukum Gossen kemudian diperkenalkan ke seluruh dunia melalui sebuah buku teori politik ekonomi (Theory of Political Economy) edisi ke 2 karyaWillian Stanley Jevons, seorang ahli ekonomi dan statistik berkebangsaan Inggris, yang sebelumnya pada tahun 1870 buku dan pemikiran Gossen tersebut baru mendapatkan pengakuan dan penghargaan oleh Jevons, Menger, dan Walras. Sejak itulah konsep marginal ini sering diakui sebagai kontribusi utama dari mazhab Austria yang termasuk aliran neo-klasik.

Teori umum Pembangunan Ekonomi Neo-Klasik 

Teori pembangunan ekonomi Neo-Klasik dikemukakan oleh Robert Solow yaitu pemenang Nobel Ekonomi pada tahun 1987. Teori Ini berkembang sejak Tahun 1950-an. Menurut Robert Solow Teori Neo-klasik, pertumbuhan ekonomi tergantung pada ketersediaan faktor-faktor produksi penduduk, yaitu: tenaga kerja, akumulasi modal dan tingkat kemajuan teknologi (Arsyad, 2010). Analisis teori ini didasarkan atas asumsi-asumsi dari teori klasik yaitu bahwa perekonomian berada pada tingkat pengerjaan penuh (fullemployment) dan tingkat penggunaan penuh (fullutilization) dari faktor-faktor produksinya. Model ini menjelaskan bahwa teknologi yang digunakan menentukan besarnya output yang diproduksi dari jumlah modal dan tenaga kerja tertentu.




Teori Pertumbuhan Neo-klasik yang disajikan dalam fungsi Cobb-Douglas menekankan peran pembentukan modal sebagai salah satu faktor penting dalam pertumbuhan. Solow (dalam Jhingan, 1983; Mankiw, 2007) menekankan pertumbuhan jangka panjang dan peranan modal, tenaga serta teknologi sebagai faktor produksi. 

Lebih jauh menurut Solow, pertumbuhan akan terjadi apabila ada modal, ada pertumbuhan penduduk dan ada teknologi, walaupun teknologi masih dianggap sebagai faktor eksogen. Dengan demikian fungsi produksi dapat produksi yang berbentuk demikian, suatu tingkat output tertentu dapat diciptakan dengan menggunakan berbagai kombinasi modal dan tenaga kerja. 

Misalnya untuk menciptakan output sebesar I, kombinasi modal dan tenaga kerja yang dapat digunakan antara lain (a) K3 dengan L3, (b) K2 dengan LZ, dan (c) Ki dengan Li. Dengan demikian, walaupun jumlah modal berubah tetapi terdapat kemungkinan bahwa tingkat output tidak mengalami perubahan. 

Disamping itu, jumlah output dapat mengalami perubahan walaupun jumlah modal tetap. Misalnya walaupun jumlah modal tetap sebesar K3, jumlah output dapat diperbesar menjadi IZ, jika tenaga kerja digunakan ditambah dari L3 menjadi L3.

Teori pertumbuhan Neo-Klasik ini mempunyai banyak variasi, tetapi pada umumnya mereka didasarkan kepada fungsi produksi yang telah dikembangkan oleh Charles Cobb dan Paul Douglas yang sekarang dikenal sebutan fungsi produksi Cobb-Douglas. 

Pada abad ke-19, Amerika Serikat menjadi negara terkaya di muka bumi, Amerika mengalami pertumbuhan ekonomi yang sangat pesat, dimana rata-rata pendapatan per kapital mengalami peningkatan 2 kali lipat meskipun jumlah populasi penduduknya naik hampir sepuluh kali lipat. 

Dalam kondisi tersebut, di tahun 1883 saat Karl Marx meninggal, banyak bukti menunjukkan bahwa “upah subsisten” dari Malthus dan Ricardo dari kelompok klasik yang juga disepakati oleh Karl Marx dari sosialis ilmiah ternyata keliru total. Sistem kemakmuran universal ala Adam Smith mulai memenangkan pertarungan kembali. 

Meskipun ekonomi industrial mengalami kemajuan, namun teori ekonomi menemui jalan buntu. Ekonomi aliran klasik tidak mendapatkan dukungan di Prancis, hingga profesi ekonomi dianggap begitu rendah, sampai-sampai para profesor Jerman menolak ide adanya teori ekonomi. 

Menurut Friederich Hayek bahwa “doktrin ekonomi klasik bukan hanya ditinggalkan, tetapi juga setiap upaya analisis teoritis tidakdipercayai” (Hayek: 1976) 186. Jika kapitalisme hendak bertahan dan berkembang, maka memerlukan epistemologi baru, sebuah terobosan dalam teori ekonomi.

Ilmu ekonomi memerlukan suntikan baru, sebuah teori umum yang bisa menjelaskan bagaimana semua kelas akan memperoleh keuntungan, baik pemilik tanah kapitalis maupun buruh, dan semua konsumen mendapat manfaat. 

Bahwa pada tahun 1776 merupakan tahun yang begitu penting bagi perkembangan ekonomi dunia, di tahun tersebut terjadi Deklarasi Kemerdekaan Amerika Serikat, terbitnya buku fenomenal Adam Smith The Wealth of Nation, dan pada tahun 1870- an adalah tahun revolusi eropa dengan terbitnya The Communist Manifesto karya Marx dan Engel.

Teori-teori yang dikembangkan oleh Marx dan Engels mendapat banyak tanggapan dari para ekonom pada waktu itu, baik dari kaum sosialis sendiri maupun dari kaum liberal-kapitalis. Pemikir-pemikir ekonomi dari kaum liberal ini kemudian dimasukkan ke dalam suatu kelompok pemikir ekonomi tersendiri yang disebut Mazhab Neo-Klasik pada tahun 1871.

Model-model penerapan teori pembangunan ekonomi neo klasik 

Model pembangunan ekonomi neo-klasik dari Solow-Swan menggunakan unsur pertumbuhan penduduk, akumulasi kapital, kemajuan teknologi, dan besarnya output yang saling berinteraksi. Teori ekonomi pembangunan neo-klasik Solow-Swan menggunakan model fungsi produksi yang memungkinkan adanya substitusi antara kapital (K) dengan tenaga kerja (L). 

Tingkat pertumbuhannya berasal dari tiga sumber yaitu akumulasi modal, pertambahan penawaran tenaga kerja, serta kemajuan teknologi. Kemajuan teknologi dilihat dari peningkatan skill atau kemajuan teknik sehingga produktivitas meningkat, dalam model Solow-Swan masalah teknologi dianggap sebagai fungsi dari waktu.

Teori ekonomi model Solow-Swan memiliki beberapa kelebihan atau keluwesan karena :
  1. Menghindari maslaah “ketidakstabilan” yang merupakan ciri dari model neo-klasik 
  2. Warranted rate of growth dalam model Harrod-Domar 
  3. Bisa lebih luwes digunakan untuk menjelaskan masalah-masalah distribusi pendapatan

Kelebihan dan keluwesan tersebut disebabkan karena Solow-Swan menggunakan bentuk fungsi produksi yang lebih mudah dimanipulasikan secara aljabar. Pada model ekonomi Harrod-Domar, output, capital dan tenaga kerja dihubungkan oleh satu “fungsi produksi” dengan koefisien yang tidak bisa berubah yaitu Qp = Hk DAN Qn = Nn. 

Sedangkan pada model ekonomi neo-klasik dari Solow Swan menggunakan suatu fungsi produksi yang lebih umum yang dapat menampung berbagai kemungkinan substitusi antara capital (K) dan tenaga kerja (L). Bentuk fungsi produksi tersebut adalah :

Q = F (K,L)

Keterangan: 
Q = Jumlah output yang dihasilkan 
F = Fungsi 
K = Kapital (model sebagai input) 
L = Labour (tenaga kerja sebagai input)

Fungsi produksi ini memungkinkan berbagai kombinasi tingkat output, dan sering dijumpai dalam teori ekonomi mikro yaitu disebut fungsi produksi neo-klasik. Penggunaan fungsi produksi tersebut membuat Solow-Swan dapat menghindari masalah ketidakstabilan dan mengambil kesimpulan-kesimpulan baru mengenai distribusi pendapatan dalam proses pertumbuhan. 

Disisi lain dengan digunakannya fungsi produksi neo-klasik ini terdapat konsekuensi yaitu seluruh faktor yang tersedia, baik berupa K atau L akan selalu terpakai atau digunakan secara penuh pada proses produksi. Hal ini disebabkan karena dengan fungsi produksi neo-klasik berapapun K dan L yang tersedia tetap akan bisa dikombinasikan untuk proses produksi, sehingga tidak akan ada lagi kemungkinan kelebihan atau kekurangan faktor produksi, kondisi ini dinamakan full employment, hal ini menjadi ciri utama dari model neo-klasik.

Selanjutnya, menurut teori Solow-Swan rasio modal-output bisa berubah, artinya untuk menciptakan sejumlah output tertentu bisa digunakan jumlah modal yang berbeda-beda dengan bantuan tenaga kerja yang jumlahnya berbeda-beda sesuai dengan yang dibutuhkan. Jika lebih banyak modal yang digunakan maka lebih banyak tenaga kerja yang digunakan, dan juga sebaliknya. 





Dengan adanya keluwesan ini suatu perekonomian mempunyai kebebasan yang tak terbatas dalam menentukan kombinasi modal dan tenaga kerja yang akan digunakan untuk menghasilkan tingkat output tertentu. Solow-Swan mempunyai asumsi sebagai berikut dalam modelnya yaitu :
  1. Ada satu komoditi gabungan yang diproduksi 
  2. Yang dimaksud output netto, yaitu sesudah dikurangi biaya penyusutan modal 
  3. Return to Scale bersifat konstan, artinya fungsi produk adalah homogen pada derajat pertama
  4. Dua faktor produksi buruh dan modal, dibayar sesuai dengan produktivitas fisik marginal mereka. 
  5. Harga dan upah fleksibel 6. Buruh terpekerjakan secara penuh 
  6. Stok modal yang ada juga terpekerjakan secara penuh 
  7. Buruh dan modal dapat disubstitusikan satu sama lain 
  8. Kemajuan teknik bersifat netral.

Dengan asumsi-asumsi tersebut Solow-Swan menunjukan bahwa dengan koefisien teknik bersifat variabel, rasio modal-buruh akan cenderung menyesuaikan dirinya, dalam perjalanan waktu kearah rasio keseimbangan. Disamping adanya kelebihan dan keluwesan dari model Solow-Swan, model ini juga mempunyai kelemahan yaitu dalam model Solow tidak terdapat fungsi investasi dan sekali fungsi ini dimasukan masalah ketidakstabilan yang muncul pada model Harrod akan muncul juga dalam model Solow.

Advertisement

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Teori Umum dan Model-Model Pembangunan Ekonomi Neo-Klasik"

Post a Comment