Sifat Terpuji Ikhlas Toleran Dan Murah Hati

Sifat terpuji adalah suatu sifat atau sikap yang memiliki nilai-nilai kebaikan sesuai dengan ajaran agama maupun moral di kehidupan masyarakat. Sifat terpuji ini sangat dibutuhkan sebagai bekal kita untuk berinteraksi dengan orang lain, baik dengan teman, guru, keluarga mapun masyarakat. 

Dengan memiliki sifat terpuji ini maka kita akan senantiasa diakui dan dihargai orang lain dengan baik. Berikut akan kita bahas tentang tiga sifat terpuji yaitu ikhlas, toleran, dan murah hati menurut pandangan islam dalam Al-Quran maupun dalam hadist.

Sifat Terpuji Ikhlas Toleransi Dan Murah Hati

A. Ikhlas 

Salah satu sifat terpuji yang telah termaktub dalam Alquran ialah sifat ikhlas. Kata “ikhlas” merupakan kata serapan dari bahasa Arab. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia ikhlas diartikan sebagai hati yang bersih (kejujuran); tulus hati (ketulusan hati); dan kerelaan. Secara istilah, ikhlas dapat diartikan sebagai kejujuran hamba dalam keyakinan dan perbuatan yang ditujukan kepada Allah (Shofaussamawati, 2013: 334). 

Mempraktikkan ikhlas bukanlah hal mudah, karena kita harus menjalankan ibadah ataupun beramal dengan memurnikan niat dari hal-hal yang dapat merusak niat itu sendiri yang meliputi riya (pamer) dan sum’ah (popularitas), yang keduanya merupakan sifat dasar manusia. Bagi orang yang telah memiliki keikhlasan dalam beribadah, maka Allah adalah semata-mata tujuan dan alasannya, kehadiran hal lain tidak akan sedikitpun berpengaruh terhadap ibadah yang dilakukannya.  

Ikhlas dapat dirasakan pada hati nurani manusia, yang dalam hati nurani itu pulalah tempat niat berada. Niat adalah kontrol terbaik bagi amal. Bagi mereka yang mengabaikan kemurnian niatnya, maka ia harus bersiap untuk mendapatkan kesiasiaan dari amalnya. Pada kondisi ini, seseorang tidak lagi memiliki rasa ingin dihargai, ingin diterima, ingin memperoleh pujian, merasa istimewa, merasa lebih dan lain sebagainya.  

Berkenaan dengan pentingnya pemupukan sifat ikhlas tersebut, Allah telah berfirman dalam beberapa kalam-Nya di antaranya sebagai berikut yaitu Surah Ghafir (QS.40: 14) 

 فَٱدْعُوا۟ ٱ هللََّ مُخْلِصِينَ لَهُ ٱل دِ ينَ وَلوَْ كَرِهَ ٱلْكََٰفِرُونَ 
 
Artinya:  
“Maka sembahlah Allah dengan memurnikan (mengikhlaskan) ibadah kepada-Nya, meskipun orang-orang kafir tidak menyukainya. 

Kajian Tafsir 

a. Tafsir Jalalain 

Berdasarkan tafsir Jalalain, disebutkan bahwa maksud dari memurnikan ibadah kepada-Nya ialah memurnikan agama Allah dari segala macam kemusyrikan, meskipun orang-orang kafir tidak menyukai keikhlasan ibadah kalian kepada Allah SWT. 

b. Tafsir Ibnu Katsir 

Dalam kitab tafsir Ibnu Katsir dijelaskan bahwasanya Allah telah memerintahkan kepada manusia untuk memurnikan penyembahan dan doa hanya kepada Allah meskipun orang-orang kafir maupun orang-orang musyrik memiliki pendapat yang berbeda mengenai hal ini. 

Penjelasan ini kemudian diperkuat dengan adanya beberapa hadits yang relevan, di antaranya ialah di dalam kitab sahih disebutkan dari Ibnu Zubair r.a., bahwa Rasulullah Saw. setiap usai mengerjakan salat fardunya mengucapkan doa berikut: 

“Tidak ada Tuhan selain Allah semata, tiada sekutu bagi-Nya, bagi-Nya kerajaan dan bagi-Nya segala puji, dan adalah Dia Mahakuasa atas segala sesuatu. Tidak ada daya dan tidak ada kekuatan kecuali dengan pertolongan Allah. Tidak ada Tuhan selain Allah, dan kami tidak menyembah selain hanya kepada-Nya. Bagi-Nya semua nikmat, karunia, dan pujian yang baik. Tidak ada Tuhan selain Allah (dengan) memurnikan ketaatan kepada-Nya, meskipun orang-orang kafir tidak menyukai (nya).” 

Adapula hadis yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah: 

“Nabi Saw. yang telah bersabda: Berdoalah kepada Allah Swt., sembari kalian merasa yakin akan diperkenankan. Dan ketahuilah bahwa Allah Swt. tidak memmemperkenankan doa dari orang yang hatinya lalai lagi tidak khusyuk.” 
 
Berdasarkan beberapa penafsiran di atas, dapat dipahami bahwa Islam telah mengajarkan konsep keikhlasan melalui firman Allah dan hadis Nabi yang menjelaskan tentang pentingnya kemurnian hati, niat dan amalan. 

Dengan hadirnya keikhlasan dalam menjalankan setiap amalan, maka seorang tidak akan lagi menghiraukan apapun yang mungkin akan mempengaruhi keikhlasannya tersebut, seperti tanggapan, komentar maupun tindakan orang lain yang mungkin tidak menyukainya. 

Ikhlas dalam beribadah selalu diidentikkan dengan memurnikan niat dan tujuan serta tidak menyekutukan Allah. Ini bisa dipahami sebab audiens Alquran saat itu adalah para penyembah berhala, pengagung api dan yang lainnya. 

Untuk konteks saat ini, berhala tersebut dapat dipahami apa adanya atau makna batinnya, yaitu segala sesuatu yang mengalihkan fokus dan kesibukan kita dari Allah swt. Dari itu, ikhlas saat ini adalah terbebas dari kepentingan dunia yang meliputi harta, tahta, ketenaran, pujian dan sebagainya.

B. Toleran 

Toleran merupakan predikat bagi orang yang memiliki sifat toleransi. Toleransi secara bahasa berasal dari bahasa Inggris “tolerance” yang berarti membiarkan. Dalam Bahasa Indonesia diartikan sebagai sifat atau sikap toleran, mendiamkan atau membiarkan. 

Dalam bahasa Arab kata toleransi disebut dengan istilah tasamuh yang berarti sikap membiarkan atau lapang dada. Tasamuh sendiri didefinisikan sebagai pendirian atau sikap yang termanifestasikan pada kesediaan untuk menerima berbagai pandangan dan pendirian yang beraneka ragam meskipun tidak sependapat.

Toleransi menurut istilah berarti menghargai, membolehkan dan membiarkan pendirian, pendapat, kepercayaan, kebiasaan, kelakuan dan sebagainya yang lain atau yang bertentangan dengan pendiriannya sendiri. Misalnya, perbedaan agama, ideologi dan ras. 

Dalam Alquran, sikap toleransi ini banyak diulas baik secara eksplisit maupun implisit. Di antara firman-Nya adalah sebagai berikut:   
  
وَمِنۡهُمۡ همنۡ يؤُّۡمِنُ بِه وَمِنْهُ مْ مَنْ  لََ  يؤُْمِنُ  بِ هِ   ۚ وَرَبُّكَ  أعَْلَمُ  بِالْمُفْسِدِينَ

Artinya:  
“Di antara mereka ada orang-orang yang beriman kepada Alquran dan di antara mereka adapula yang tidak beriman terhadapnya, dan Tuhanmu Mahatahu atas orangorang yang berbuat kerusakan.” (QS. Yunus: 40). 

Maksud dari ayat ini adalah pengajaran sikap dan mental dari Allah kepada Nabi Muhammad bahwa di antara umatnya ada yang beriman dengan Alquran ini. Mereka mengikutimu dan mengambil manfaat dengan apa yang kamu diutus dengannnya. Di saat yang bersamaan, di antara mereka ada juga yang tidak memercayaimu dan apa yang kau bawa. 

Mereka akan mati dalam keadaan seperti itu dan dibangkitkan dalam keadaan seperti itu pula. Allah lebih mengetahui siapa yang berhak mendapat petunjuk, maka Allah memberinya petunjuk; dan siapa yang berhak mendapatkan kesesatan, maka Allah menyesatkannya. Allahlah yang Maha Adil yang tidak berbuat zalim. Allah memberi masing-masing sesuai haknya.  

Jadi dapat kita simpulkan bahwa toleransi adalah sikap yang mesti dimiliki umat Islam. Sikap inilah yang melahirkan perdamaian dan kemajuan. Melalui piagam Madinah yang di dalamnya sarat dengan toleransi, Nabi berhasil membangun peradaban Islam di tengah kemajemukan.
   

C. Murah Hati 

Dalam kamus besar bahasa Indonesia murah hati adalah suka (mudah) memberi; tidak pelit; penyayang dan pengasih; suka menolong; baik hati; sifat kasih dan sayang; dan kedermawanan. Murah hati dapat dipahami juga sebagai sifat hati yang memiliki kesediaan untuk mendatangkan kebaikan bagi orang lain dengan memberi secara sukarela, dengan tangan terbuka dan tanpa ditahan-tahan. 

Di antara ayat yang memerintahkan untuk bermurah hati adalah surat al-Baqarah ayat 272 berikut: 

لهيسَ عَليَكَ هُدَىَٰهُم وَلَٰ كَِهن ٱ هللََّ يهَدِي مَن يَشَاءُُۗ وَمَا تنُفِ وُاْ مِن خَيرٖ فَلِِنَفسُِكُ م وَمَا تنُفِ وُنَ إ هلَِ 
ٱبتغَِاءَ وَجهِ ٱ ه للَِّ وَمَا تنُفِ وُاْ مِن خَير يوَُ هف إِليَكُم وَأنَتمُ لََ تظُلَمُونَ  

Artinya:  
“Bukanlah kewajibanmu menjadikan mereka mendapat petunjuk, akan tetapi Allah yang memberi petunjuk (memberi taufiq) siapa yang dikehendaki-Nya. Dan apa saja harta yang baik yang kamu nafkahkan (di jalan Allah), maka pahalanya itu untuk kamu sendiri. Dan janganlah kamu membelanjakan sesuatu melainkan karena mencari keridhaan Allah. Dan apa saja harta yang baik yang kamu nafkahkan, niscaya kamu akan diberi pahalanya dengan cukup sedang kamu sedikitpun tidak akan dianiaya.”   

Asbab al-nuzul ayat ini adalah bahwa ada orang-orang yang tidak suka memberikan sedekah kepada keturunan mereka dari kalangan musyrik, lalu mereka menanyakan hal itu, hingga diberikan rukhshah (keringanan) bagi mereka. Maka turunlah ayat ini yang membolehkan memberi sedekah kepada kaum musyrikin.” (Diriwayatkan oleh Al-Nasai, Al-Hakim, Al-Bazzar, Ath-Thabrani dan yang lainnya, yang bersumber dari Ibnu Abbas).

Sementara berdasarkan riwayat Ibn Abi Hatim dari Ibn ‘Abbas, yang melatarbelakangi turunnya ayat ini adalah bahwa Nabi Saw melarang umatnya bersedekah kecuali untuk kaum Muslimin. Setelah itu, turunlah ayat ini yang beliau diperintahkan Allah Swt untuk memberi sedekah kepada orang yang beragama apapun, yang datang meminta kepadanya. 

Sayyid Quthub dalam tafsirnya Fi Zhilal al-Qur’an menjelaskan bahwa orang-orang mukmin ketika menafkahkan hartanya dimaksudkan hanya untuk mencari keridhaan Allah, bukan karena mengikuti hawa nafsu dan bukan pula karena tujuan-tujuan lain. 

Ia menginfakkan hartanya bukan pula bermaksud untuk mengungguli orang lain dan menyombongi mereka. Ia tidak melakukan infak melainkan semata-mata tulus ikhlas karena Allah. Karena itu, hatinya merasa mantap bahwa Allah akan menerima sedekahnya; kepada siapapun ia bersedekah. 

Hatinya percaya bahwa Allah akan memberi berkah pada hartanya sebab sedekahnya; dan ia percaya kebaikannya akan menuai kebaikan-kebaikan dari Allah SWT baik di dunia maupun di akhirat. 
Jelaslah bahwa Allah memerintahkan kepada umat Islam bermurah hati kepada siapapun tanpa membedakan ras, suku, golongan bahkan agama. 




Karena, Islam hadir sebagai rahmat bagi seluruh alam bukan hanya bagi muslimin saja. Kebaikan pasti akan berbalas kebaikan dalam apapun bentuknya dan kepada siapapun ia didermakan.

Itulah pembahasan tentang tiga sifat terpuji yaitu sifat ikhlas, toleran, dan murah hati menurut pandangan islam dalam Al-Quran dan Hadist. Semoga bermanaat dan mudah untuk dipahami yah temen-temen. Artikel ini diambil dan merujuk pada modul Al-Quran dan Hadist Kegiatan Belajar 3 yaitu tentang sifat terpuji dalam kegiatan PPG Dalam Jabatan 2021. Terima kasih semua.

Advertisement

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Sifat Terpuji Ikhlas Toleran Dan Murah Hati"

Post a Comment