Pengertian dan Toko-tokoh Aliran Belajar Kognivistik
Pengertian dan Toko-tokoh Aliran Belajar Kognivistik
Pengertian Belajar Kognivistik
Belajar adalah usaha sadar yang dilakukan oleh seseorang/individu untuk meningkatkan kemampuan dan keterampilan, sehingga bisa mampu meningkatkan kognisi atau intelegensi seseorang tersebut baik dari pengalaman maupun latihan-latihan yang dilakukan.
Dalam pelaksanaan proses belajar, pastinya dibutuhkan cara bagaimana pengaplikasian dan metode yang tepat saat proses pembelajaran berlangsung sehingga penyampaian materi saat proses belajar itu bisa efektif dan efisien baik di dalam kelas maupun di luar kelas.
Psikologi Kognitif adalah salah satu cabang ilmu yang mempelajari proses mental manusia, bagaimana manusia berpikir, bagaimana manusia merasakan, bagaimana manusia mengingat, bagaimana manusia belajar dimana otak akan menjalankan fungsi utamanya yang disebut dengan berpikir.
Menurut Solso, dkk., (2008 : 2) menyatakan bahwa Psikologi kognitif merupakan ilmu yang menyelidiki pola pikir manusia. Psikologi kognitif ini membahas tentang persepsi terhadap informasi (Anda membaca pertanyaan), membahas tentang pemahaman terhadap informasi (Anda memahami inti pertanyaan tersebut), membahas tentang alur pikiran (Anda menentukan apakah anda mengetahui jawabannya atau tidak), dan membahas tentang formulasi dan produksi jawaban Anda.
Aliran kognitif mulai muncul pada tahun 60-an sebagai bentuk gejala ketidakpuasan terhadap pengertian konsep manusia menurut behaviorisme dan psikoanalisa. Aliran kognitif ini tidak lagi memandang manusia sebagai makhluk yang bereaksi secara pasif terhadap lingkungan sekitarnya, melainkan sebagai makhluk yang aktif dan selalu berfikir (Homo Sapiens) terhadap lingkungan sekitarnya.
Paham kognitifisme ini tumbuh akibat pemikiran-pemikiran kaum rasionalisme yang menyatakan bahwa manusia itu dapat berpikir lebih baik dari makhluk hidup lainnya.
Teori belajar kognitivistik adalah teori belajar yang menganggap bahwa belajar adalah proses pengolahan informasi di dalam otak manusia. Oleh sebab itu, teori belajar kognitivistik ini penting untuk dipelajari dan dipahami supaya bisa mengembangkan kemampuan kognisi yang notabene kognisi tersebut merupakan bawaan setiap individu.
Berdasarkan penjelasan dari berbagai pendapat dan pandangan di atas maka menurut saya teori belajar menurut aliran psikologi kognitif adalah suatu teori belajar yang lebih mementingkan proses belajar daripada hasil belajar itu sendiri dan ini merupakan teori belajar yang melibatkan pola pikir siswa dalam proses belajar.
Tokoh-tokoh Aliran Kognitif
1. Teori Belajar Cognitive Developmental dari Jean Piaget
Jean Piaget adalah seorang tokoh filsuf yang menggunakan filsafat kontruktivisme yang dikenal dengan teori adaptasi kognitif. Menurut Piaget perkembangan intelektual didasari oleh dua fungsi, yaitu fungsi organisasi dan fungsi adaptasi.
1. Organisasi
Organisasi memberikan setiap organisme kemampuan untuk mengestimasikan atau mengorganisasi proses-proses fisik atau psikologis menjadi sistem-sistem yang teratur dan berhubungan.
2. Adaptasi
Adaptasi dapat terjadi melalui dua proses, yaitu ada asimiliasi dan akomodasi.
Asimilasi adalah proses kognitif dimana seseorang mengintegrasikan persepsi, konsep ataupun pengalaman baru ke dalam skema atau pola yang sudah ada dalam pikirannya.
Asimilasi dipandang sebagai suatu proses kognitif yang menempatkan dan mengklasifikasikan kejadian atau rangsangan baru dalam skema yang telah ada. Proses asimilasi ini berjalan terus. Sehingga asimilasi tidak akan menyebabkan atau menghasilkan skemata baru.
Akomodasi adalah proses perubahan atau pengembangan kerangka kognitif yang sudah ada sesuai dengan pengalaman baru yang dialami. Hal ini terjadi karena pengalam yang baru itu tidak sesuai dengan pengalaman atau skemata yang telah dia miliki.
Bagi Piaget adaptasi adalah suatu kesetimbangan antara proses asimilasi dan proses akomodasi yang mengahasilkan kesetimbangan(equilibrium). Apabila dalam proses asimilasi dan proses akomodasi sehingga seseorang tidak dapat mengadakan adaptasi terhadap lingkungannya maka terjadilah ketidakseimbangan (disequilibrium).
Tetapi bila terjadi kesetimbangan maka individu akan berada pada tingkat yang lebih tinggi daripada sebelumnya.
Jean Piaget berpandangan bahwa perkembangan kognitif manusia terbagi menjadi 4 tahapan berdasarkan urutan waktu atau usia :
No |
Umur |
Tahap |
1 |
usia 0 – 2 tahun |
Sensori Motor |
2 |
usia 2 – 6 tahun |
Pra-Operasi |
3 |
usia 6 – 12 tahun |
Operasi Konkrit |
4 |
usia 12 tahun keatas |
Operasi Formal |
Berdasarkan tabel di atas, kita coba jelaskan tahap demi tahapan.
a. Tahap Sensori Motor ( usia 0 – 2 tahun ).
Pada tahap ini, pengalaman yang diperoleh anak itu melalui interaksi fisik yang di amati dan dirasakan melalui semua panca indera. Contohnya seperti anak mulai bisa bicara dan bergerak mengikuti suara yang dia dengar dan dia lihat. Pada tahap ini Gerakan tubuhlah yang berkoordinasi dengal alat inderanya.
b. Tahap Pra-Operasi (usia 2 – 6 tahun).
Pada tahap ini, pengalaman anak didapat melalui pengorganisasian operasi konkret terhadap benda yang dia lihat secara konkrit ketimbang pandangan dia terhadap benda secara logis. Hal ini dapat kita lihat seperti mengklarifikasi sekelompok objek atau menata suatu benda menurut aturan, urutan tertentu dan bilangannya.
c. Tahap Operasi Konkrit ( usia 6 – 12 tahun).
Pada tahap ini pada umumnya anak sudah berada di bangku sekolah dasar, sehingga pada tahap ini anak akan dapat memahami operasi logis melalui benda-benda yang kongkrit, mampu mengklasifikasikan, mampu memandang objek secara objektif dan berpikir reversible. Contohnya Ketika anak diberikan pilihan 2 buah jeruk dan 3 buah apel. Jika ditanyakan buah apa yang paling banyak, maka dia akan menjawab buah apel.
d. Tahap Operasi Formal (usia 12 tahun keatas).
Pada tahapan ini penalaran anak sudah mampu menggunakan symbol, ide, abstraksi dan generalisasi. Tahap ini merupakan tahap akhir dari perkembangan kognitif secara kualitas dan anak sudah mampu mengadakan penalaran dengan menggunakan hal-hal yang abstrak telah memiliki kemampuan untuk melakukan operasi yang menyatakan hubungan diantara hubungan-hubungan dan memahami konsep promosi.
Dari seluruh penjelasan di atas, Jean Piaget jelas berpendapat bahwa pengalaman pendidikan anak harus senantiasa dibangun sehingga bisa menghasilkan Pendidikan yang optimal dalam proses asimilasi dan akomodasi bisa menjadikan pertumbuhan intelektual berkelanjutan.
2. Teori Kognitif menurut Jerome Bruner
Jerome S. Bruner terkenal dengan teorinya tentang “teori perkembangan belajar”. Teori bruner ini lebih menekankan pada pemberian kesempatan kepada siswa untuk belajar sendiri sehingga dapat direkam dan disimpan dalam memori jangka Panjang.
Menurut Jerome S. Bruner sendiri, pembelajaran harusnya bisa menciptakan situasi agar dapat belajar dari diri sendiri melalui pengalaman dan eksperimen yang telah dilakukan sehingga mereka bisa menemukan pengetahuan dan kemampuan baru yang khas.
Sedangkan menurut Merril, bahwa jenjang belajar siswa itu bergerak dari mulai tahapan mengingat, menerapkan, hingga tahapan menemukan konsep, prosedur atau prinsisp baru pada bidang ilmu yang sedang dipelajari.
Hal tersebut adalah proses belajar yang terbagi menjadi tiga tahapan, yakni:
1. Tahap enaktif
Dalam tahap ini peserta didik di dalam belajarnya menggunakan atau memanipulasi obyek-obyek secara langsung.
2. Tahap ikonik
Pada tahap ini menyatakan bahwa kegiatan anak-anak mulai menyangkut mental yang merupakan gambaran dari objek-objek. Dalam tahap ini, peserta didik tidak memanipulasi langsung objek-objek, melainkan sudah dapat memanipulasi dengan menggunakan gambaran dari objek. Pengetahuan disajikan oleh sekumpulan gambar-gambar yang mewakili suatu konsep (Sugandi, 2004:37).
3. Tahap simbolik
Tahap ini anak memanipulasi simbol-simbol secara langsung dan tidak ada lagi kaitannya dengan objek-objek. Anak mencapai transisi dari pengguanan penyajian ikonik ke penggunaan penyajian simbolik yang didasarkan pada sistem berpikir abstrak dan lebih fleksibel.
Dalam penyajian suatu pengetahuan akan dihubungkan dengan sejumlah informasi yang dapat disimpan dalam pikiran dan diproses untuk mencapai pemahaman
Selain teori perkembangan belajar, Bruner dan Kenney merumuskan empat teorema dalam pembelajaran matematika.. Teorema tersebut yaitu teorema konstruksi, notasi, pengontrasan, dan konektivitas.
Berikut penjelasan mengenai teorema pembelajaran.
a. Dalil konstruksi
Dalil konstruksi didasarkan pada suatu kegiatan belajar dengan membangun dan Menyusun sebuah reprentasi konsep oleh siswa sendiri.
Kehiatan mengontruksi suatu representasi yang dialkukan oleh siswa akan lebih mudah menemukan sendiri konsep materi pelajaran matematika sehingga dapat diaplikasika dalam situasi yang relvan.
b. Dalil Notasi
Dalil notasi menjelaskan bahwa suatu materi matematika lebih mudah dipahami oleh siswa, apabila dalam representasi tersebut menggunakan notasi atau symbol matematika sesuai dengan perkembangan kognitif siswa.
c. Dalil pengontrasan
Menurut dalil pengontrasan, konsep matematika akan lebih mudah dipahami oleh siswa dengan mengontraskan suatu konsep dengan konsep lain. Hal ini bertujuan untuk melihat suatu perbedaan konsep matematika dengan jelas.
d. Dalil konektivitas
Dalam dalil konektivitas menyatakan bahwa suatu konsep, prinsip, dan keterampilan matematika berhubungan dengan konsep dan keterampilan lain.
Keterhubungan ini dapat terjadi dengan mengaitkan konsep matematika dengan bidang ilmu lain, mengaitkan konsep matematika dengan kehidupan serta pengaitan antarkonsep dalam matematika itu sendiri. Dengan demikian pemahaman siswa terhadap struktur dan isi matematika menjadi utuh.
Jerome S. Bruner juga berpandangan bahwa belajar sebagai “instrumental conceptualisme” yang berisi tentang makna adanya alam semesta sebagai realita, hanya dalam pikiran manusia. Oleh sebab itu, pikiran yang ada dalam diri manusia dapat dan bisa membangun gambaran mental yang sesuai dengan pikiran yang bersifat umum pada konsep yang sifatnya khusus.
3. Teori Belajar Kognitivistik Gestalt
Pada tahun 1880-1943 ada sekumpulan ahli psikologi yaitu Mex Wertheimer dan kawan-kawan khususnya Wolgang dan Kurt Koffka mencetuskan sebuah dasar pemikiran yang sampai sekarang dikenal dengan dasar psiklogi Gestalt.
Gestlatt sendiri diambil dari Bahasa Jerman yang artinya pola atau bentuk yang utuh yang mengartikan bahwa keseluruhan lebih berarti daripada bagian-bagain. Pokok teori belajar Gestlat ini berfokus pada objek atau peristiwa tertentu akan dipandnag sebagai suatu keseluruhan yang terorganisasikan.
Prinsip – Prinsip dan Asumsi Gestalt
Menurut Sudrajat (2008) ada 6 prinsip organisasi yang terpenting dalam pandangan Koffka dan Kohler, yaitu :
a. Figure and Gound Relationship / Hubungan bentuk dan Latar
Hubungan antara bentuk dan latar yaitu terdapat pada bidang. Setiap objek atau benda memiliki sudut pengamatan yang berbeda baik dari bentuk, warna, dan sebagainya. Jika terjadi perbedaan itu maka terjadi perbedaan yang signifikan antara figure dan latar yang mengakibatkan samar-samar, tidak jelas dan sulit untuk dibedakan antara figure dan latar.
b. Proximity / Kedekatan
Unsur-unsur yang saling berdekatan (baik ruang maupun waktu) dalam bidang pengamatan akan dipandang sebagai suatu bentuk tertentu atau dianggap kesatuan
c. Similarity / Kesamaan
Sesuatu yang memiliki kesamaan cenderung akan dipandang saling memiliki atau dipandang lebih menarik.
d. Common Direction / Arah bersama
Dalam arah yang sama cenderung dipersepsi sebagai figure atau bentuk tertentu.
e. Simplicity / Kesederhanaan
Cenderung bentuk yang sederhana, bentuk regular, dan keseluruhan yang baik berdasarkan susunan simetris dan keteraturan.
f. Closure / Ketertutupan
Cenderung membentuk kesatuan yang gesalt.
Menurut sudrajat (2008) terdapat 4 asumsi yang mendasari pandangan Gestalt :
1. Perilaku molar lebih banyak dipelajari daripada
perilaku molecular. Molar adalah perilaku keterkaitan
dengan lingkungan luar, dan molecular adalah
perilaku dalam bentuk kontraksi otot atau
keluarnya kelenjar.
2. Pemberian makna terhadap suatu rangsangan
sensorik adalah merupakan suatu proses yang
dinamis dan bukan sebagai suatu reaksi yang statis.
3. Organisme tidak mereaksi rangsangan local
atau unsur suatu bagian peristiwa akan tetapi
mereaksikan terhadap keseluruhan objek
atau peristiwa.
4. Hal penting dalam mempelajari perilaku ialah
membedakan antara lingkungan geografis
dengan lingkungan behavioral.
Aplikasi Teori Belajar Gestalt
Menurut Sudrajat (2008), yaitu :
1. Insight / Pengamatan likitan
Litikan adalah kegiatan mengenal keterkaitan unsur-unsur dalam objek atau peristiwa. Hal ini dilakukan supaya siswa bisa menghubungkan peristiwa satu dengan peristiwa lainnya sehingga membentuk pengetahun yang baru.
2. Meaning learning / Pembelajaran bermakna
Kebermaknaan unsur-unsur terkait menunjang pembentukan litikan dalam proses belajar sehingga mampu mengembangkan alternative pemecahan masalah. Hal ini akan senantiasa membangun problem solving yang baik terhadap diri siswa.
3. Purposive behavior / Perilaku bertujuan
Pembelajaran akan berjalan efektif dan efisien jika siswa mengenal tujuan yang akan dicapai. Hal ini mengartikan bahwa tujuan anak akan menjadi tolak ukur anak dalam mencapai apa yang telah ia tentukan.
4. Prinsip ruang hidup
Perilaku akan dipengaruhi atau tergantung pada lingkungan yang ditinggali. Sehingga hal ini akan mempengaruhi bagaimana siswa dalam belajar dan metode apa yang Ia gunakan dengan materi yang akan dipelajari harus sesuai dengan lingkungan yang bersangkutan.
5. Transfer dalam belajar
Transfer belajar adalah pemindahan pola-pola perilaku dalam situasi pembelajaran tertentu ke situasi yang lain. Melepaskan pengertian objek dari suatu konfigurasi dalam situasi tertentu setelah menangkap konsep beserta prinsip-prinsip pokoknya sehingga nantinya akan mampu menempatkan situasi konfigurasi lain dalam tata-susunan tepat.
Inti dari teori belajar Gestalt adalah siswa harus mampu menangkap makna dari hubungan antar bagian yang satu dengan yang lainnya dalam belajar. Hal ini bertujuan supaya pengetahuan yang tercipta itu selaras dan kokoh sesuai dengan keterhubungan setiap bagiannya.
Pemaknaan makna dari hubungan inilah yang disebut memahami insight. Pemahaman yang mendadak ( Pemahaman mendadak terhadap hubungan bagian dan keseluruhan), pelajari pengamatan manusia pada awalnya bersifat global terhadap objek-objek yang dilihat.
4.Teori Belajar Kognitivistik Ausubel ( Meaningfull Learning)
Belajar haruslah bermakna, pengasimiliasian pengetahuan yang baru dan pengetahuan yang sebelumnya sudah terkonsep dan dikaitkan dengan informasi baru pada konsep-konsep relevan yang terdapat dalam struktur konitif siswa (Warsita, 2008).
Teori belajar Ausebel ini tidak mendukung belajar dengan cara menghafal karena Ketika belajar dengan menghafal pada hakikatnya mendapatkan informasi yang terisolasi atau terbatas, sedemikian sehingga siswa tidak dapat mengaitkan informasi yang diperoleh ke dalam struktur kognitif (Suherman, 2003).
Menurut Dahar (2011) berikut merupakan konsep dan prinsip dalam menerapkan teori belajar Ausebel :
1. advance organizer / Pengaturan awal (lanjut)
Langkah awal yang dilakukan oleh seorang guru untuk mengarahkan siswa untuk mengingat kembali konsep-konsep yang dulu telah tertanam sebelumnya. Hal ini bermaksud supaya informasi (schemata ) yang sudah ada tida semerta-merta hilang yang membuat siswa memulai dari awal Kembali dalam Menyusun informasi baru.
2. Diferensiasi Progresif
Langkah pengembangan konsep-konsep yang berlangsung dari konsep yang paling umum, paling inklusif kemudian lebih mendetail dan selanjutnya lebih khusus.
3. Rekonsiliasi / Penyesuaian Integratif
Langkah penyusunan materi-materi pelajaran agar memiliki hierarki-hierarki konseptual ke atas dan ke bawah selama informasi disajikan.
4. Belajar Superordinat
Terjadi jika konsep-konsep yang telah dipelajari sebelumnya dikenal dengan sebagai unsur-unsur dari suatu konsep yang lebih luas dan lebih inklusif
Menurut Dahar (2011), ada 3 kebaikan belajar bermakna :
1. Lebih lama untuk diingat, hal ini akan membantu
siswa dalam mengintegrasikan pengetahuan yang
sudah ia pelajari terhadap informasi baru yang Ia dapat.
2. Informasi yang sebelumnya telah dikuasai tapi
terlupakan akan lebih mudah diingat nantinya
karena masih meninggalkan bekas, sehingga
memudahkan belajar dengan permasalahan
yang serupa.
3. Meningkatkan konsep yang telah dikuasai
sebelumnya.Hal ini akan meningkatkan
pemahaman yang baik dikarenakan konsepan
dari suatu materi atau informasi itu bisa Ia
simpan dan kemas dengan baik.
Prasyarat agar belajar menerima menjadi bermakna menurut Ausubel ;
1. Jika siswa memiliki strategi belajat bermakna
2. Tugas yang diberikan harus sesuai dengan
pengetahuan yang dikuasai siswa
3. Tugas yang diberikan harus sesuia dengan
tahap perkembangan siswa
4. Faktor motivasi sangat diperlukan karena siswa
tidak akan mengasimiliasikan materi baru tersebut.
Apabila mereka tidak mempunyai keinginan
dan pengetahuan bagaiman melakukannya.
Inti dari teori belajar Ausubel yaitu proses belajar yang tidak hanya sekadar menghafal konsep-konsep atau fakta-fakta yang dipelajari saja, tetapi merupakan kegiatan yang menghubungkan. Konsep-konsep yang ada untuk menghasilkan pemahaman yang utuh sehingga konsep yang sedang dipelajari akan dipahami secara baik dan tidak mudah dilupakan di masa mendatang.
5. Teori Belajar Kognitif Gagne
Teori Belajar Kognitif Gagne Menurut Gagne (1977) dalam Winataputra (2008:3-6) berpendapat bahwa belajar dipengaruhi oleh dua hal yaitu variabel yang berasal dari dalam diri individu dan dari luar diri individu yang saling berinteraksi satu sama lain.
Sehingga teori ini biasa disebut sebagai teori perpaduan yang memadukan teori belajar behavioristic sebagai variable dari luar dan teori belajar kognitif sebagai variable dari dalam.
Gagne memerinci proses belajar menjadi delapan jenis, yakni:
1. Signal learning / Belajar Isyarat
Melakukan atau tidak melakukan sesuatu terhadap suatu isyarat yang telah dipahami. Misalnya belok kanan Ketika melihat tanda rambu-rambu lalu lintas kea rah kanan.
2. Belajar Stimulus Respon
Respon yang terjadi pada diri seseorang karena adanya rangsangan dari luar sehingga mampu menjadi stimulus terhadap individu tersebut. Misalnya berteriak minta tolong Ketika jatuh.
3. Chaining learning / Belajar Rangkaian
Terjadi melalui adanya perpaduan stimulus respon yang telah dipelajari dan dipahami sebelumnya sehingga terwujud kesepontanan. Contoh konsep merah-putih.
4. Verbal Association Learning / Belajar Asosiasi Verbal
Sebelumnya telah mengenai makna verbal sehingga mampu mengumpamakan sesuatu sesuai dengan pengetahuannya.
5. Discrimination Learning / Belajar Diskriminasi
Belajar untuk membedakan sesuatu yang sedang dihadapi, contohnya membedakan benda berdasarkan bentuknya.
6. Concept Learning / Belajar Konsep
Belajar untuk mentafsirkan fakta dan data real ke dalam penafsiran yang abstrak.
7. Hukum/Rule Learning / Belajar Aturan
Belajar menarik kesimpulan berdasarkan peristiwa atau perangkat data yang telah diketahui sebelumnya.
8. Problem Solving Learning / Belajar Pemecahan Masalah
Banyak alternative konsep dan prinsip dalam pemecahan suatu masalah.
Ada fase-fase (kejadian) belajar menurut Gagne yaitu:
a. Fase motivasi
Pembelajar harus diberi motivasi untuk belajar dengan harapan bahwa belajar akan memperoleh hadiah yaitu nilai yang lebih baik. Hal ini dilakukan supaya siswa lebih bersemangat dalam melaksanakan pembelajaran.
b. Fase pengenalan
Pembelajar perlu memberikan perhatian pada bagian-bagian yang penting dari suatu kejadian instruksional, agar terjadi peristiwa belajar. Hal ini bertujuan supaya fokus siswa saat belajar bisa lebih terorganisir dalam pelaksanaannya.
c. Fase perolehan
Informasi yang diperoleh pembelajar tidak langsung bisa tersimpan di memori. Hal ini mengartikan bahwa penyimpanan informasi itu secara bertahap sehingga membutuhkan waktu dalam pelaksanaannya.
d. Fase retensi
Informasi baru yang diperoleh harus dipindahkan dari memori jangka pendek ke memori jangka panjang dengan cara pengulangan. Hal ini bisa dilakukan dengan mengaplikasikan informasi yang sudah didapat sehingga akan timbul pembiasaan dalam menyimpan informasi ke memori jangka Panjang.
e. Fase pemanggilan (recall)
Bagian penting dalam belajar adalah memperoleh hubungan dengan apa yang telah kita pelajari. Keterkaitan informasi dengan kejadian atau benda di sekitar kita akan membuat informasi yang sudah dipelajari terasa benar dan bermanfaat bagi diri kita.
f. Fase generalisasi atau transfer informasi
Pada situasi-situasi baru merupakan fase kritis dalam belajar
g. Fase penampilan
Para pembelajar perlu memperlihatkan, bahwa mereka telah belajar sesuatu melalui penampilan yang nampak. Penampilan di sini bisa berupa benda atau peristiwa yang ada di sekitar kita.
h. Fase umpan balik
Pembelajar perlu dapat umpan balik tentang penampilan mereka, yang menunjukkan apakah mereka telah atau belum mengerti tentang apa yang diajarkan (Dahar, 1989:141-142).
Ada lima hasil belajar menurut Gagne yaitu:
a. Keterampilan intelektual / pengetahuan
prosedural yang mencakup belajar konsep, belajar
diskriminasi, belajar prinsip, dan belajar pemecahan
masalah, yang semuanya diperoleh melalui materi
yang disajikan di sekolah. Keterampilan ini meningkat
sejalan dengan meningkatnya umur serta latihan
yang diperoleh individu saat pembelajaran.
b. Strategi kognitif, kemampuan ini bertujuan untuk
memecahkan masalah baru dengan jalan mengatur
proses internal masing-masing individu dalam
memperhatikan belajar, mengingat dan berfikir.
Kemampuan tersebut dapat memecahkan masalah
yang meliputi seperti strategi menghafal, pengaturan,
strategi elaborasi, metakognitif dan strategi kognitif
dapat dipakai dalam memecahkan masalah
secara lebih efisien.
c. Informasi verbal, kemampuan ini bertujuan
untuk mendiskripsikan sesuatu dengan kata-kata
dengan jalan mengatur informasi yang relevan.
d. Kemampuan motorik, kemampuan merupakan
kemampuan untuk melaksanakan dan
mengkoordinasikan gerakan yang
berhubungan dengan otot.
e. Sikap-sikap, yaitu suatu kemampuan internal
yang mempengaruhi tingkah laku seseorang
yang disadari oleh emosi, kepercayaan
serta faktor intelektual.
Belajar menurut Gagne tidak terjadi secara alamiah tetapi dipengaruhi oleh ;
(1) kondisi internal / kesiapan, prerequisite.
(2) eksternal yang merupakan situasi belajar dan
penyajian stimuli yang sengaja diatur oleh
guru dengan tujuan memperlancar
proses belajar mengajar.
Penerapan atau implikasi teori belajar kognitif dalam pembelajaran antara lain sebagai berikut:
a. Mendorong siswa untuk berpikir tentang
materi pelajaran dengan cara yang akan
membantu mereka mengingatnya.
b. Membantu siswa mengidentifikasi hal-hal
yang paling penting untuk mereka pelajari.
c. Memberikan pengalaman yang akan membantu
siswa memahami topik-topik yang mereka pelajari.
d. Mengaitkan ide-ide baru dengan hal-hal
yang telah diketahui dan diyakini
siswa tentang dunia.
e. Mempertimbangkan kelebihan dan keterbatasan
dalam kemampuan pemrosesan kognitif
siswa pada tingkat usia berbeda.
f. Merencanakan kegiatan-kegiatan kelas yang
membuat siswa secara aktif berpikir dan
menggunakan mata pelajaran dikelas.
Itulah pemaparan mengenai pengertian dan tokoh-tokoh aliran belajar kognivistik, semoga bermanfaat dan mudah untuk dipahami yah. Apabila temen-temen ingin copy paste artikel ini silahkan untuk mencantumkan sumbernya yah. Terima kasih semuaa..
0 Response to "Pengertian dan Toko-tokoh Aliran Belajar Kognivistik"
Post a Comment