MAKALAH KEMAMPUAN MATEMATIKA SEBAGAI TOLOK UKUR KEHIDUPAN
MAKALAH
KEMAMPUAN MATEMATIKA SEBAGAI TOLOK UKUR
KEHIDUPAN
Untuk
memenuhi salah satu tugas mata pelajaran Bahasa Indonesia yang diampu oleh Ibu
Shinta Rosiana., M.Pd.

Disusun oleh :
Alfina Fitriyani 192151111
Hafit Nuroswandi 192151098
Nuraini 192151072
Shalsabilla Syaharani 192151110
Yati Restiani 192151071
PROGRAM
STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA
FAKULTAS
KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS
SILIWANGI
TASIKMALAYA
2019/2020
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum warrahmatullahi wabarrakatuh
Segala puji bagi Allah
SWT Yang telah memberikan kemudahan sehingga Alhamdulillah kami dapat
menyelesaikan makalah ini. Tanpa pertolonganNya tentunya kami tidak akan
sanggup untuk menyelesaikan makalah ini dengan baik. Shalawat serta salam
semoga tercurah limpahkan kepada baginda tercinta kita Nabi Muhammad SAW yang
kita nanti-nantikan syafa’atnya di akhirat nanti.
Melalui makalah ini
penulis ingin menyampaikan banyak hal mengenai “ matematika yang dijadikan tolok
ukur kehidupan”. Masih banyak masyarakat khususnya orang tua yang menjadikan
pelajaran eksak contohnya seperti matematika ini sebagai pengukur tingkat
kecerdasan anak. Padahal seperti yang kita ketahui bahwa Allah SWT telah
memberikan kelebihan yang berbeda-beda kepada setiap orang. Setiap anak
memiliki potensi kecerdasan yang berbeda-beda. Namun, kenapa matematika
dijadikan acuannya. Bagaimana dengan anak yang memiliki kecerdasan dibidang
lain seperti sastra atau olahraga misalnya.
Kami menyadari bahwa
makalah ini masih jauh dari kata sempurna masih banyak kesalahan serta
kekurangan didalamnya. Untuk itu kami mengharapkan kritik dan saran yang
membangun dari pembaca untuk makalah ini, supaya ke depannya bisa lebih baik
lagi. Kemudian apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini kami memohon
maaf yang sebesar-besarnya.
Kami juga mengucapkan
banyak terima kasih kepada semua pihak khususnya kepada dosen Bahasa Indonesia
kami yang telah membimbing dalam menyusun makalah ini.
Demikian, semoga makalah
ini dapat bermanfaat. Terima kasih.
Wassalamua’laikum warrahmatullahi wabarrakatuh.
Tasikmalaya,
21 Oktober 2019
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
1.2. Rumusan Masalah
1.3. Tujuan Pembahasan
1.4. Manfaat
BAB II PEMBAHASAN
2.1. Pengertian Tolok Ukur
2.2. Pengertian Tolok Ukur Matematika
2.3. Pandangan Masyarakat Terhadap Matematika
2.4. Mahasiswa Jurusan Matematika Dianggap Pintar
2.5. Fakta sebenarnya yang ada di perkuliahan jurusan Pendidikan
Matematika
2.6. Solusi
BAB III PENUTUP
3.1. Simpulan
3.2. Saran
DAFTAR PUSTAKA
BAB I PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang
Matematika
merupakan permasalahan dunia sehingga matematika tidak hanya berkaitan dengan
angka, namun juga dapat melatih nalar dan kemampuan menganalisa. Sehingga
timbulah anggapan bahwa siswa atau mahasiswa yang mahir atau pandai dalam
keilmuan matematika dianggap sebagai siswa atau mahasiswa yang pintar dan
cerdas
Pada dasarnya kecerdasan
seseorang tidak dapat diukur atau dinyatakan dalam kemampuan di bidang
matematika saja, karena pada dasarnya kemampuan setiap orang itu akan
berbeda-beda sesuai dengan bakat yang dimilikinya Sepertihalnya ikan yang pandai berenang di
air, tetapi belum tentu dalam hal memanjat pohon. Seperti itu pula kemampuan
manusia, mungkin dia akan menguasai satu bidang tapi belum tentu bidang lain,
atau dalam kata lain setiap orang memilki porsinya masing-masing.
.
Terkadang
pandangan ini sering membuat diskriminasi terhadap siswa atau mahasiswa yang
tidak gemar dalam dunia matematika, dan lebih menyoroti siswa atau mahasiswa
yang bergelut di bidang ilmu matematika. Padahal pada kenyataannya tidak semua
orang yang bergelut di bidang ilmu matematika itu cerdas.
Oleh karena itu,
kami mengangkat isu yang berjudul “ Kemampuan Matematika sebagai Tolok Ukur
Kehidupan”. Kami mengangkat judul ini karena banyaknya pemahaman masyarakat di
luar sana yang sering menganggap bahwa mahasiswa yang masuk pada bidang keilmuan
matematika merupakan mahasiswa yang pintar dan cerdas.
Padahal pada kenyataannya
tidak semua mahasiswa Pendidikan matematika itu mahir dalam bidang keilmuan
selain matematika itu sendiri. Oleh sebab itu kurang tepat jika masyarakat
menganggap bahwa mahasiswa yang bergelut dengan bidang matematika itu cerdas
dan yang lain tidak, karena setaip orang memilki kemampuan dibidangnya
masing-masing.
1.2.
Rumusan Masalah
1. Apa
itu tolok ukur matematika?
2. Mengapa
mahasiswa yang masuk di bidang keilmuan matematika sering di anggap pintar oleh
masyarakat?
3. Bagaimana
fakta sebenarnya yang ada pada dunia perkuliahan itu?
4. Solusi
apa yang sangat efektif dalam memberikan pemahaman tentang isu itu pada banyak
orang?
1.3.
Tujuan Pembahasan
1. Untuk
mengetahui tolok ukur suatu pandangan pada masyarakat.
2. Untuk
memperjelas suatu pandangan serta paradigma masyarakat luas terhadap mahasiswa
Pendidikan matematika.
3. Untuk
mengetahui aspek apa saja yang digunakan masyarakat luas dalam menentukan
pintar atau tidaknya seseorang.
4. Untuk
mengetahui solusi dari pandangnya masyarakat yang kurang tepat mengenai mahasiswa
yang mempelajari bidang keilmuan selain matematika.
1.4.
Manfaat
1. Mengetahui
aspek apa saja yang menjadi tolok ukur pandangan masyarakat.
2. Mengetahui
cara pandang masyarakat luas dalam menentukan kecerdasan mahasiswa.
3. Mengetahui
aspek apa saja yang membuat cara pandang masyarakat menjadi salah dalam menilai
mahasiswa pendidikan matematika.
4. Mengetahui
solusi apa yang perlu dilakukan dalam menghadapi isu tersebut.
BAB II PEMBAHASAN
2.1.
Pengertian Tolok Ukur
Menurut KBBI tolok ukur yaitu sesuatu yang dipakai
sebagai dasar mengukur (menilai, dsb), patokan, standar. Dalam hal ini maka tolok
ukur adalah suatu alat dalam mengukur atau membandingkan suatu hal dengan suatu
variabel yang sudah ditentukan dan disepakati oleh sekelompok orang. Maka atas
dasar itulah tolok ukur sering dijadikan sebagai bahan standarisasi seseorang
dalam memberikan sudut pandang akan suatu hal.
2.2.
Pengertian Tolok Ukur
Matematika
Setiap
orang tentunya memiliki kecerdasan atau potensi masing-masing. Sehingga sudah
menjadi keharusan bagi kita untuk mengembangkannya. Agar kita termasuk manusia
yang terus berproses berkembang menjadi pribadi yang lebih baik. Ada siswa atau
mahasiswa yang bakatnya pada bidang matematika, seni, olahraga, dan sastra.
Tentunya setiap orang tua menginginkan anaknya sukses, cerdas, dan
membanggakan. Namun, tahukah anda bahwa ada berbagai macam kecerdasan atau potensi
yang berbeda-beda. Sehingga begitu tidak adil rasanya jika kita menyamakan
kemampuan berenang pada ikan dan monyet. Anda mungkin masih ingat ketika
sekolah dulu bahwa orang tua akan bangga jika kita mendapatkan rangking 1 di
kelas,dan akan dimarahi jika mendapat nilai ujian yang kecil, khususnya pada
mata pelajaran eksak seperti matematika, fisika, kimia, dan biologi.
Sebagai
contoh, ada seseorang yang mempunyai bakat dalam bidang sastra tetapi nilainya
selalu jelek dalam bidang matematika. Dalam kasus ini, kebanyakan orang tua
akan menambah waktu belajarnya dengan memberikan bimbingan belajar di luar jam
sekolah atau mendatangkan guru les matematika untuk memperbaiki nilai
matematika siswa tersebut. Padahal seharusnya orang tua tersebut memberikan
kesempatan kepada anaknya untuk mendalami bidang kesukaanya, tanpa memaksakan
pada ranah yang tidak disukainya.
Boleh jadi dari bidang yang disukainya
seseorang itu bisa meraih kesuksesan yang dimimpikan. Dan masih banyak lagi
orang atau sekelompok orang yang menganggap anaknya pintar jika mendapatkan
nilai yang besar pada bidang matematika. Matematika tidak seharusnya dijadikan
tolok ukur kecerdasan karena dalam dunia kerja pun bukan kemampuan matematika
yang akan dipertanyakan melainkan skill
yang berhubungan dengan pekerjaan yang diambil.
Ada
ungkapan yang mengatakan bahwa matematika adalah ‘cermin peradaban’. Dengan
kata lain, sejarah matematika mengungkapkan bahwa kapan pun suatu masyarakat
menitik beratkan pengetahuan pada bidang matematika, maka terciptalah kemajuan
yang sangat besar. Maka dari itu
matematika
dijadikan mata pelajaran wajib disetiap jenjang pendidikan baik itu jenjang
pendidikan sekolah dasar, sekolah menengah pertama, dan sekolah menengah atas.
Mata pelajaran matematika dianjurkan dan hukumnya wajib bagi seluruh rakyat Indonesia khususnya bagi yang
sedang mengenyam pendidikan. Hal ini dilakukan oleh pemerintah agar terlahir ahli-ahli
matematika di Indonesia.
Belum lama ini peringkat pendidikan Indonesia berada
di peringkat ke-57 dari total 65 negara di dunia versi OECD (Organisation for Economic Co-operation and
Development) dilihat dari segi membaca, matematika, dan ilmu pengetahuan.
Ini menunjukkan bahwa peminat matematika di Indonesia masih kurang, karena
banyaknya anggapan bahwa matematika itu sulit. Padahal di pelajaran matematika
itu kita belajar cara menyederhanakan masalah dari yang tadinya kompleks ke
lebih sederhana.
Matematika itu mudah dan memudahkan, jika ada orang yang
menganggap matematika itu sulit karena orang tersebut telah berpikiran sulit
diawal belum mencoba dan tidak menggunakan penalaran dan logika. Itu mengapa
banyak orang atau sekelompok orang menganggap siswa atau mahasiswa jurusan
matematika itu pintar.
2.3.
Pandangan Masyarakat Terhadap
Matematika
Matematika
bukanlah hal yang baru bagi manusia. Segala aktivitas manusia tanpa disadari
menggunakan matematika. Matematika tidak hanya digunakan oleh beberapa kelompok
masyarakat saja, tetapi matematika digunakan semua lapisan masyarakat, baik
pada kalangan civitas academia,
ilmuwan, pegawai negeri, politikus, maupun masyarakat biasa. Semuanya
menggunakan matematika dalam segala aktivitas di kehidupan sehari hari.
Misalnya jual beli di pasar tradisional maupun Super menggunakan matematika.
Apoteker menghitung kadar suatu zat dalam membuat obat menggunakan matematika.
Seorang astronom dapat memperkirakan datangnya komet halley dalam 76 tahun
sekali juga menggunakan matematika.
Dalam
dunia Pendidikan matematika sudah diajarkan kepada anak setiap jenjang
Pendidikan mulai dari PAUD, TK, SD, SMP, SMA dan Perguruan Tinggi. Tetapi
secara filsafahnya matematika tidak termasuk suatu bidang kajian ilmu. Mengapa
demikian? Suriasumantri (2012: 5-11) menyatakan bahwa ilmu merupakan kumpulan
pengetahuan yang mempunyai ciri-ciri tertentu yang membedakan ilmu dengan
pengetahuan-pengetahuan lainnya ,artinya ilmu harus bersifat rasional, empiris
, dan eksperimental . Rasional dalam arti lainnya logis , suatu kajian bidang
ilmu haruslah rasional sehingga dapat diterima oleh nalar dan akal sehat manusia.
Empiris artinya suatu kajian bidang ilmu dapat dirasakan oleh indera manusia,
tidak abstrak dan dapat dibuktikan baik secara induktif maupun deduktif. Secara
eksperimental dimana suatu bidang kajian ilmu harus dapat dibuktikan secara
ilmiah, melalui prosedur penelitian ilmiah.
Matematika
yang berasal dari Bahasa Yunani adalah studi besaran, struktur, ruang, dan
perubahan. Kline menuliskan bahwa matematika merupakan asumsi-asumsi abstrak
yang berkembang dari pemikiran manusia dengan penalarannya. Selanjutnya Kline (dalam
Suriasumantri, 2012:230) menyatakan penalaran matematika haruslah bersifat
deduktif, karena deduksi menghasilkan kesimpulan yang dapat dipercaya dan
keterbatasan panca indra manusia sehingga matematika yang bersifat abstrak
tidak dapat dirasakan oleh pancaindera manusia tetapi hanya dapat dipikirkan
dan diterima oleh akal manusia. Dengan demikian jelaslah bahwa matematika bukan
merupakan ilmu tetapi matematika adalah pengetahuan.
2.4.
Mahasiswa Jurusan Matematika Dianggap
Pintar
Matematika
kerap dijadikan tolok ukur prestasi seorang anak. Anak yang bisa matematika
sejak dini sering dibangga-banggakan orang tuanya, karena dianggap pintar.
Nyatanya, kemampuan anak bermatematika tak hanya diukur dari kemampuan
berhitung.
Orang
yang bisa berhitung belum tentu bisa matematika. Itu karena matematika juga
mencakup soal menjelaskan nalar, idenfitikasi masalah, klasifikasi dan
sebagainya.
Pada
dasarnya banyak orang menganggap matematika itu dewa dari semua ilmu. Dan
matematika merupakan ibu dari segala bidang ilmu pengetahuan,sifatnya
fleksibel. Jadi matematika bisa digunakan di ilmu fisika,kimia, biologi,
sastra, farmasi, teknik, hukum, manajemen, dan masih banyak lagi. Dan juga
perhitungan yang dipakai nantinya sangat bermanfaat apabila diterapkan didunia
kerja, penelitian, dan kehidupan sehari hari.
Jadi
intinya mahasiswa yang masuk dibidang keilmuan matematika sering dianggap
pintar oleh masyarakat karena mahasiswa matematika bisa menerapkannya
dikehidupan sehari hari. namun pada kenyataannya tidak semua orang yang
menggambil jurusan matematika itu pintar, pada dasarnya mereka hanya sebatas
suka menghitung. kecerdasan, dalam arti sebenarnya
terdapat beberapa spektrum, antar lain kecerdasan logis matematika, bahasa,
interpersonal, intrapersonal, kinetik tubuh, seni, spiritual
Seseorang
yang jago di bidang matematika, sudah pasti memiliki kecerdasan matematis yang
tinggi, tapi belum tentu dia memiliki kecerdasan dalam bidang seni, begitu pula
sebaliknya tidak fair menyebut seseorang yang pandai matematika lebih cerdas
daripada yang jago seni, karena mereka sama sama cerdas, hanya spektrum
kecerdasan mereka yang berbeda.
2.5. Fakta sebenarnya yang ada di perkuliahan jurusan Pendidikan Matematika
a. Tidak semua mahasiswa pendidikan matematika
pintar dalam matematika.
b. Sebagian orang yang mengambil jurusan pendidikan
matematika hanya sekedar suka menghitung
c. Tidak semua orang yang masuk jurusan pendidikan
matematika adalah keinginan sendiri
d. Sebagian orang yang mengambil jurusan pendidikan
matematika di PTN hanya mengambil peluang masuk
2.6.
Solusi
Jangan memandang mahasiswa Pendidikan matematika dari
luarnya saja tanpa tau kebenaran yang sesungguhnya, banyak yang menganggap
bahwa mahasiswa jurusan Pendidikan matematika adalah orang pintar padahal pintar
dalam arti sebenarnya terdapat beberapa spektrum, antara lain kecerdasan logis
matematika, bahasa, interpersonal, intrapersonal, kinetik tubuh, seni, dan spiritual.
BAB III PENUTUP
3.1.
Simpulan
Kesimpulan yang dapat diambil adalah mahasiswa atau
siswa yang memiliki kemampuan lebih di bidang matematika memang cerdas
begitupun dengan siswa dan mahasiswa yang memiliki kemampuan lebih di bidang
lainnya, mereka pun cerdas di bidangnya masing masing. Karena pada dasarnya
setiap insan hanya akan menguasai satu kecerdasan dari Sembilan kecerdasan
manusia, Sembilan kecerdasan itu diantarannya kecerdasan visual dan spasial,
kecerdasan naturalis, kecerdasan musical, kecerdasan logika matematika,
kecerdasan eksistensial, kecerdan interpersonal, kecerdasan kinesterik jasmani,
kecerdasan linguistic, dan kecerdasan intrapersonal.
Jadi pandangan mesyarakat mengenai
siswa dan mahasiswa sedikit keliru, karena pada kenyataanya kecerdasan
seseorang tidak dapat diukur oleh satu
bidang ukur saja. Setiap orang punya kecerdasan sesuai kemampuan masing-masing,
sepertihalnya ikan yang pandai berenang belum tentu mempu memenjat pohon.
3.2.
Saran
Dengan adanya makalah ini semoga kita selaku pembaca
bisa merubah sudut pandang orang yang menganggap bahwa mahasiswa jurusan
pendidikan matematika adalah orang pintar.
Penulis menyadari bahwa makalah ini banyak sekali
kesalahan dan jauh dari kesempurnaan. Penulis akan memperbaiki makalah tersebut
dengan berpedoman pada banyak sumber yang dapat dipertanggungjawabkan. Maka
dari itu penulis mengharapkan kritik dan saran mengenai pembahasan makalah
dalam kesimpulan di atas.
DAFTAR PUSTAKA
https://www.kamusbesar.com/tolok-ukur(21 Oktober 2019)
Utari, Rahma Riska 2014 Sedikit Pandangan
Tentang Matematika. https://www.slideshare.net/AmaBustam/sedikit-pandangan-tentang-matematika
(21 Oktober 2019)
0 Response to "MAKALAH KEMAMPUAN MATEMATIKA SEBAGAI TOLOK UKUR KEHIDUPAN"
Post a Comment