Penyusunan dan Analisis Butir Soal Tes Hasil Belajar

Penyusunan dan Analisis Butir Soal Tes Hasil Belajar


Penyusunan Tes Hasil Belajar

Langkah-langkah yang perlu ditempuh dalam pengembangan tes hasil atau prestasi belajar siswa adalah sebagai berikut:

a. Menyusun spesifikasi tes

Spesifikasi tes mencakup : menentukan tujuan tes, menyusun kisi-kisi tes, memilih bentuk tes, menentukan panjang tes. Dan kisi-kisi tes memenuhi persyaratan berikut: a) mewakili isi kurikulum yang akan diujikan, b) komponen-komponennya rinci, jelas, dan mudah dipahami, c) indikator soal harus jelas dan dapat dibuat soalnya sesuai dengan bentuk soal yang telah ditetapkan. Bentuk tes, ada dua yaitu tes obyektik dan tes uraian. Panjang tes ditentukan berdasarkan cakup atau keluasan materi.

b. Menulis soal

Penulisan soal merupakan langkah menjabarkan indikator menjadi pertanyaan butirbutir soal. Menulis soal sesuai dengan indikator kisi-kisi, indikator sesuai dengan kompetensi dasar.

c. Menelaah soal tes

Setelah soal disusun perlu dilakukan telaah atas soal-soal tersebut. Diperlukan untuk memperbaiki soal-soal yang diamati terdapat kekurangan. Butir-butir yang disusun diamati dari segi konstruksi, content (isi) dan bahasanya.




d. Melakukan uji coba tes

Setelah dinilai baik secara konstruksi, isi dan bahasa, maka selanjutnya dilakukan proses uji coba ke lapangan, dengan tujuan agar mendapatkan data empirik tentang kualitas butir soal yang disusun.

e. Melakukan analisis butir soal

Berdasarkan hasi uji coba instrumen, maka dapat diketahui kualitas butir soal yang ada dan selanjutnya dapat dilakukan proses klasifikasi butir untuk ditindaklanjuti.

f. Memperbaiki tes

Berdasarkan hasil dari analisis butir soal maka dapat diketahui butir-butir soal yang sudah baik, yang belum baik atau harus diperbaiki dan butir-butir yang wajib dikeluarkan dari instrumen. Dan butir-butir yang belum baik dapat diperbaiki untuk dimasukan kembali menjadi seperangkat instrumen.

g. Merakit tes

Setelah dilakukan analisis butir soal dan memperbaikinya, langkah selanjutnya adalah merakit butir-butir soal tersebut menjadi satu kesatuan, sehingga menjadi satu alat ukur instrumen final.

h. Melaksanakan tes

Setelah mendapatkan instrumen tes yang berkualitas maka selanjutnya diberikan kepada testee (siswa).

i. Menafsirkan hasil tes

Hasil tes yang didapatkan dari siswa dalam bentuk data kuantitatif yaitu dalam bentuk sekor, dan kemudian sekor ditafsirkan menjadi nilai.

Analisis Butir Soal

Analisis butir soal yaitu menganalisis butir dari taraf sukar, daya beda, fungsi distractor. Taraf sukar menganalisis bagaimana tingkat kesukaran soal apakah terlalu sukar atau sebaliknya dan daya beda menganalisis apakah butir soal tersebut mempunyai kemampuan untuk membedakan antara siswa yang rajin belajar dan yang malas belajar, sedangkan fungsi distractor mempunyai fungsi sebagai pengecoh terhadap siswa yang malas belajar. 

Bila dilakukan analisis butir soal maka akan menghasilkan butir-butir soal yang berkualitas sehingga dapat dihindari ketidakwajaran sekor yaitu apabila sekor testee (siswa) berbeda dengan sekor wajar baginya. Testee yang seharusnya memperoleh sekor yang tinggi ternyata memperoleh sekor yang rendah. Dan sebaliknya testee yang seharusnya memperoleh sekor rendah ternyata memperoleh sekor tinggi.

a. Analisis butir soal secara kualitatif

Sebelum dilakukan analisis butir soal secara empririk atau uji coba instrumen ke lapangan maka dilakukan analisis butir soal secara teoretik atau rasional yaitu meliputi analisis secara konstruksi, content (isi) dan bahasa. 

Apakah butir yang disusun mewakili indikator, dan indikator mewakili kompetensi dasar (KD), dan KD jabaran dari kompetensi inti (KI), kemudian jika secara konstruksi, content dan bahasa sudah baik, maka dapat dilanjutkan kepada uji coba ke lapangan. Dan analisis butir soal secara rasional atau secara kualitatif dapat dilakukan oleh para panel dan pakar yang ahli di bidangnya.

b. Analisis butir soal secara empiric

Setelah dilakukan analisis butir soal secara kualitatif selanjutnya dilakukan proses uji coba instrumen ke lapangan, yang kemudian dianalisis taraf sukar, daya beda dan fungsi distractor(pengecoh).  Untuk lebih jelasnya akan di jelaskan sebagai berikut.

1) Bentuk Soal Obyektif

a) Tingkat kesukaran

Proposi testee yang menjawab benar disebut tingkat kesukaran atau taraf sukar. Tingkat kesukaran soal berkisar antara 0,00 sampai dengan 1,00, artinya tingkat kesukaran soal paling rendah adalah 0,00 dan paling tinggi adalah 1,00. 

Tingkat kesukaran 0,00 menunjukan bahwa butir soal tersebut termasuk sukar, artinya tidak ada seorang testeepun yang menjawab betul dari butir soal tersebut. Sedangkan tingkat kesukaran 1,00 menunjukan bahwa butir soal tesrsebut terlalu mudah artinya seluruh testee dapat menjawab betul dari butir soal tersebut. Tingkat kesukaran soal dapat diperoleh melalui perhitungan dengan rumus:

P = R/T

Keterangan :
P = tingkat kesukaran butir soal
R = jumlah yang menjawab benar
T = Jumlah seluruh peserta tes

Table Kriteria Tingkat Kesukaran


Dalam kaitannya dengan hasil analisis butir soal dari tingkat kesukaran, ada pendapat menyatakan bahwa soal-soal yang dianggap baik adalah soal-soal yang mempunyai tingkat kesukaran yang sedang. Adapun soal-soal yang sangat sukar ada tiga kemungkinan tindak lanjut yaitu:
  • Butir soal tersebut didrop (dikeluarkan) dan tidak digunakan lagi dalam tes- tes hasil belajar yang akan datang.
  • Diteliti ulang, dianalisis sehingga dapat diketahui faktor-faktor yang menyebabkan butir soal tersebut terlalu sukar untuk dijawab oleh testee. Kemudian setelah dilakukan perbaikan kembali, butir-butir soal tersebut dapat digunakan kembali dalam tes hasil belajar yang akan datang.
  • Butir soal yang sangat sukar dapat diambil manfaatnya yaitu dapat digunakan pada tujuan penyelenggaraan tes yang sifatnya sangat ketat.

b) Daya Pembeda

Daya pembeda soal yang baik adalah butir soal yang dapat membedakan antara kelompok atas yaitu kelompok testee yang berkemampuan tinggi (rajin belajar) dan kelompok bawah yaitu kelompok testee yang berkemampuan rendah (malas belajar). Daya pembeda soal dapat diukur melalui selisih proporsi jawaban betul pada testee kelompok atas dan kelompok bawah. Indeks daya pembeda soal berkisar antara -1 sampai dengan +1.

Indeks daya pembeda bertanda plus ( positif ) hal ini merupakan petunjuk bahwa butir soal tersebut sudah memiliki daya pembeda, dalam arti testee yang berada pada kategori kemampuan tinggi (kelompok atas) lebih banyak dapat menjawab betul terhadap butir sol tersebut, sedangkan testee yang berada pada kategori kemampuan rendah (kelompok bawah) lebih banyak menjawab salah. 

Jika indeks daya pembeda 0,00, keadaan ini menunjukkan bahwa butir soal tidak memiliki daya pembeda sama sekali. Adapun jika indeks daya pembeda bertanda minus ( negatif ), keadaan ini menunjukkan bahwa butir soal tersebut lebih banyak dijawab betul oleh testee kelompok bawah dari pada kelompok atas. Daya pembeda soal obyektif diperoleh melalui perhitungan dengan menggunkan rumus:



Keterangan:
D = Daya Beda 
FTI = Kelompok Tinggi 
FRI = Kelompok Rendah 
MT = Jumlah responden kelompok tinggi 
MR = Jumlah responden kelompok rendah


Table Kriteria Daya Pembeda


Dalam kaitannya dengan hasil analisis butir soal yaitu daya beda soal, ada pendapat menyatakan bahwa soal-soal yang dianggap baik adalah soal-soal yang mempunyai klasifikasi sedang, baik dan baik sekali. Sedangkan jika hasil hitung daya beda soal menghasilkan butir soal pada klasifikasi lemah, ada dua kemungkinan tindak lanjut yaitu ditelusuri untuk kemudian diperbaiki atau di keluarkan (dibuang).

Dengan menghitung tingkat kesukaran dan daya beda soal tester dapat mengetahui kualitas butir soal yang disusun, sehingga dapat dihindari ketimpangan sekor dalam bentuk ketidakwajaran sekor.

Selain dari ketidakwajaran sekor dalam ketimpangan sekor terdapat bias butir. Dua hal tersebut yaitu ketidakwajaran sekor dan bias butir dapat dihindari jika didalam proses penyusunan instrumen dilakukan analisis butir soal secara kualitatif dan analisis butir soal secara kuantitatif. 

Serta dilakukan analisis perangkat soal yaitu uji validitas dan uji reliabilitas. Karena instrumen yang valid akan mengukur apa yang hendak diukur sesuai dengan materi atau kisi-kisi instrumen, sehingga dapat diketahui apakah instrumen atau alat ukur tersebut sudah melakukan fungsi ukurnya dengan baik. 

Sedangkan instrumen yang reliabel akan mengukur sesuai dengan keadaan sebenarnya dari testee dalam arti tester dapat memperoleh data atau informasi yang tepat tentang kemampuan atau keadaan sebenarnya dari testee tersebut.

c) Fungsi Distraktor (Pengecoh)

Fungsi pengecoh terdapat pada tes objektif dalam bentuk alternatif pilihan jawaban (option). Pilihan jawaban dalam tes obyektif berkisar antara 3 sampai 5 buah, dan dari kemungkinan jawaban yang terpasang pada setiap butir item itu salah satunya adalah jawaban betul dan sisanya adalah jawaban salah, jawaban salah dikenal dengan istilah pengecoh atau distractor. 

Butir soal yang baik, pengecohnya akan dipilih secara merata oleh peserta didik (testee) yang menjawab salah.

Distraktor berfungsi jika :
  • Sekurang kurangnya dipilih oleh 5% peserta tes atau siswa
  • Lebih banyak dipilih oleh kelompok bawah
Untuk rumus distractor (pengecoh) adalah sebagai berikut :

 


2) Bentuk soal Uraian

a) Tingkat Kesukaran Soal

Tingkat kesukaran soal dipergunakan untuk mengetahui seberapa besar tingkat kesukaran suatu soal. Tingkat kesukaran berkisar antara 0 sampai dengan 1. Makin besar tingkat kesukaran maka makin mudah soal begitu pula sebaliknya. Tingkat kesukaran soal dapat diperoleh melalui perhitungan dengan rumus:


Keterangan :
TK                         = tingkat kesukaran soal uraian 
Mean                     = rata-rata sekor testee 
Sekor Maksimum = sekor maksimum yang ada
                                 pada pedoman pensekoran

Table Kriteria Tingkat Kesukaran


b) Daya Beda

Daya beda adalah Indeks yang menunjukan tingkat kemampuan butir soal yang membedakan kelompok yang berprestasi tinggi (kelompok atas) dari kelompok yang berprestasi rendah (kelompok bawah) diantara para peserta tes. 




Daya pembeda soal dapat diukur melalui selisih proporsi jawaban betul pada testee kelompok atas dan kelompok bawah. Indeks daya pembeda soal berkisar antara -1 sampai dengan +1. Daya pembeda soal uraian diperoleh melalui perhitungan dengan menggunkan rumus:

 

Keterangan :
DP         = daya pembeda soal uraian 
Mean A = rata-rata sekor testee kelompok atas
Mean B = rata-rata sekor testee kelompok bawah 
Sekor maksimum = sekor maksimum yang ada
                                pada pedoman pensekoran.

Table Kriteria Daya Pembeda




Itulah pembahasan mengenai penyusunan dan analisis butir soal tes hasil belajar yang mimin ambil dari modul Evaluasi Pembeljaran KB3 PPG Guru PAI. Semoga bermanfaat dan mudah untuk dipahami yah. Tetap semangat dalam belajar dan jangan lupa selalu menebar kebaikan. Terima kasih semua.

Advertisement

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Penyusunan dan Analisis Butir Soal Tes Hasil Belajar"

Post a Comment